Mengenal Filosofi Makanan Khas Lebaran, Ketupat Santan

- 9 April 2024, 11:31 WIB
Ilustrasi ketupat/Mengenal Filosofi Makanan Khas Lebaran, Ketupat Santan
Ilustrasi ketupat/Mengenal Filosofi Makanan Khas Lebaran, Ketupat Santan /Pixabay

BANJARNEGARAKU.COM - Ketupat yang dipadukan dengan kuah santan selalu menyertai suasana lebaran khususnya pada masyarakat Jawa. Tak hanya menjadi makanan khas lebaran, ketupat ternyata memiliki makna filosofis tersendiri.

Penamaan ketupat, penggunaan janur (daun kelapa muda), bentuk ketupat, isian ketupat, hingga kuah santan mempunya makna filososfis yang dalam. Oleh karena itu, ketika kita menikmati ketupat di tengah keramaian Lebaran, kita juga mengingat dan merenungkan makna filosofis yang terkandung, sehingga pengalaman makan menjadi lebih bermakna dan berkesan.

Penamaan 'Ketupat'

Dikutip dari laman diskominfo.kaltimprov.go.id, 'ketupat' berasal dari kata “Kupat” yang memiliki arti ganda: 'ngaku lepat' (mengakui kesalahan) dan 'laku papat' (empat tindakan).

Keempat tindakan tersebut meliputi: luberan (melimpahi), leburan (melebur dosa), lebaran (pintu ampunan terbuka lebar), dan laburan (menyucikan diri). Hal ini menggambarkan pentingnya pengakuan kesalahan sebagai langkah awal menuju kesucian dan pengampunan.

Baca Juga: 6 Restaurant di Banjarnegara Cocok untuk Makan Bersama Keluarga Besar, Nomor 3 Buka di Hari Lebaran

Filosofi Janur Sebagai Pembungkus Ketupat

Janur, yang digunakan sebagai pembungkus ketupat, memiliki makna filosofis yang mendalam menurut tebuireng.online. Janur secara filosofis melambangkan kebersihan dan kesucian manusia setelah menjalankan ibadah puasa.

Proses pembuatan anyaman janur yang rumit mencerminkan kompleksitas kehidupan manusia yang penuh dengan liku-liku. Ini mengingatkan kita bahwa dalam hidup selalu ada kesalahan dan tantangan yang harus dihadapi.

Bentuk Segi Empat sebagai Simbolisasi Nafsu Dunia

Bentuk segi empat dari ketupat menggambarkan empat jenis nafsu dunia: al amarah (nafsu emosional), al lawwamah (nafsu untuk memuaskan rasa lapar), supiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah), dan mutmainah (nafsu untuk memaksa diri).

Memakan ketupat dengan penuh kesadaran setelah menjalankan ibadah puasa menandakan bahwa seseorang telah mampu mengendalikan keempat nafsu tersebut.

Makna Isi Ketupat

Isi ketupat yang berbahan beras melambangkan harapan akan kemakmuran dalam kehidupan. Warna putih yang dijumpai ketika ketupat dibelah mencerminkan kesungguhan dalam memohon maaf atas segala kesalahan serta harapan akan kesucian hati seputih isi ketupat.

Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Ramadhan Kabupaten Purbalingga, Niat Berpuasa Hari Ke Dua puluh sembilan, Selasa 9 April 2024

Penggunaan Kuah Santan dalam Konsumsi Ketupat

Penghidangan ketupat dengan kuah santan tidak hanya sekadar sebuah tradisi, tetapi juga memiliki makna mendalam. Santan bukan hanya sebagai penyedap, tetapi juga sebagai simbol pangapunten (memohon maaf).

Dengan demikian, saat menyantap ketupat dengan kuah santan, kita secara simbolis memohon maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukan.

Dalam masyarakat Jawa, terdapat pepatah yang menggambarkan makna ini, “Mangan kupat nganggo santen. Menawi lepat, nyuwun pangapunten” (makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan).

Ketupat, selain sebagai makanan lezat dalam tradisi Lebaran, juga mengandung makna dan filosofi yang dalam. Dari proses pembuatan hingga konsumsinya, setiap aspek dari ketupat memiliki pesan moral dan spiritual yang mendalam.***

Disclaimer: Sumber Artikel berjudul "Makna dan Filosofi Ketupat, Makanan Khas Lebaran yang Biasa Disantap dengan Kuah Santan", selengkapnya dengan link: https://depok.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-096572584/makna-dan-filosofi-ketupat-makanan-khas-lebaran-yang-biasa-disantap-dengan-kuah-santan?page=all

 

Editor: Afif Fatkhurahman

Sumber: Pikiran Rakyat Depok


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah