Selain Klenteng Sam Poo Kong, Bukti Laksamana Cheng Ho di Semarang adalah Desa Ini...

4 Juli 2023, 14:17 WIB
Atraksi Barongsay sangat dinanti oleh wisatawan lokal dan manca yang berkunjung di Klenteng Sam Poo Kong Semarang /Ali A/

BANJARNEGARAKU.COM - SEMARANG - Selain Klenteng Sam Poo Kong, ternyata ada bukti lain yang mendukung bahwa Laksamana Cheng Ho atau Zheng He Admiral atau Sam Poo Tay Djien pernah singgah di Kota Semarang atau setidaknya di Pantura wilayah Semarang.

Bukti dimaksud adalah Mangkang yang kini dibagi menjadi dua wilayah. Yakni Kelurahan Mangkang Wetan dan Kelurahan Mangkang Kulon. Keduanya masuk wilayah Kecamatan Tugu, Kota Semarang.

Mangkang adalah sebuah pesisir pantai di perbatasan Kota Semarang dan Kabupaten Kendal. Di sana diperkirakan pernah dijadikan tempat perbaikan salah satu kapal dari armada Cheng Ho, yang rusak.

Baca Juga: Adukan Masalah Layanan di Arafah-Muzdalifah-Mina, Menag Yaqut Langsung Bertemu Menteri Haji Arab Saudi

Wilayah itu oleh masyarakat setempat disebut Mangkang karena lidah orang Jawa agak susah mengucapkan kata "Wakang" yang dalam dialek Hokkian berarti perahu besar.

Sampai sekarang secara geografis, Kelurahan Mangkang Kulon yang memiliki luas wilayah 399,819 ha itu berbatasan dengan Kabupaten Kendal di sebelah barat dan di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa atau Pantai Utara Jawa atau Pantura.  

Di Klenteng Sam Poo Kong juga ada atraksi seni barongan

 

Kelurahan mangkang Wetan dengan luas 346,510 Ha juga berbatasan dengan Laut Jawa Pantura di sebelah utara.

Baca Juga: Mengapa Kita Berkedip :Kunci Jawaban IPAS Bab 1 Kelas 5 SD MI Halaman 16 Kurikulum Merdeka

Bisa jadi karena jumlah armada Laksamana Cheng Ho itu ada sekitar 208 kapal (Gavin Menzies dalam bukunya "1421 - The Year China Discovered The Word") maka wajar jika deretan kapal-kapal armada Laksamana Cheng Ho itu membentang dari wilayah Pantai Simongan, hingga Pantai Mangkang. 

Gavin Menzies

Siapa itu Gavin Menzies?  Nama lengkapnya Rowan Gavin Paton Menzies. Dia adalah seorang komandan kapal selam Inggris yang menulis buku "1421 - The Year China Discovered The Word", Bantam Book, 2002 (1421, Saat China Menemukan Dunia).

"Keberadaan Klenteng Sam Poo Kong Semarang didukung kata Mangkang (Wakang dialek Hokkian) yang berarti perahu besar adalah bukti nyata sejarah yang tak terbantahkan bahwa Laksamana Cheng Ho pernah singgah di Kota Semarang," jelas pengelola Klenteng Agung Sam Poo Kong Semarang Chandra Budi Atmaja (65) kepada banjarnegaraku.com, Senin 3 Juli 2023 sambil menjelaskan tentang sebagian isi buku 1421 - The Year China Discovered The Word karangan Gavin Menzies tersebut.

Baca Juga: Akibat Jemaah Haji Indonesia Dapat Pelayanan Tak Layak, Menag Yaqut Marah pada Mashariq...

Menurut Chandra, keberadaan Klenteng Agung Sam Poo Kong memiliki nilai historis yang berkaitan erat dengan Laksamana Cheng Ho sehingga wajar jika kini menjadi salah satu destinasi wisata histori religi yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun manca negara.

Selama libur panjang sekolah pertengahan akhir tahun 2023, lanjut Chandra, ribuan wisatawan sudah mengunjungi Klenteng Sam Poo Kong Jl Simongan 129, Bongsari, Kecamatan Semarang Barat, Semarang, Jateng.

"Pada libur sekolah pertengahan tahun ini, setiap hari sekitar 200-300 wisatawan lokal maupun manca mengunjungi Klenteng Sam Poo Kong Semarang. Pengunjung terbanyak hari Kamis, 29 Juni 2023 tepat di Hari Raya Idul Adha 1444 H. Terpantau di bagian tiket, jumlah pengunjung di hari itu mencapai 1.000 orang lebih," jelas Chandra.

Baca Juga: Akibat Jemaah Haji Indonesia Dapat Pelayanan Tak Layak, Menag Yaqut Marah pada Mashariq...

Menurut Chandra, Klenteng Sam Poo Kong juga berkaitan dengan akulturasi budaya China dan Islam. Hal ini terlihat dari seni arsitektur bangunannya.

Bercerita soal asal mula nama Gedung Batu, begini penjelasan Chandra.

Nama Gedung Batu itu berasal dari sebuah goa yang ada di dalam batu besar.

Di dalam goa batu tersebut ada sebuah altar yang di atasnya terdapat patung-patung Sam Po Tay Djien (Laksamana Cheng Ho) yang diperuntukkan sebagai tempat sembahyang atau tempat ziarah.

Juru Mudi Sakit Keras 

Pada tahun 1416 saat Laksamana Cheng Ho sedang berlayar melewati laut Jawa, seorang juru mudinya yang bernama Wang Jing Hong sakit keras.

Cheng Ho kemudian memerintahkan armadanya agar membuang sauh di Pantai Simongan.

Kesenian Jatilan Sekar Turonggo Jati juga sering tampil di Klenteng Sam Poo Kong Semarang

Setelah buang sauh di Pantai Simongan, sebagian pengawal Laksamana Cheng Ho mengevakuasi juru mudi kapal utama yang bernama Wang Ji Hong ke daratan.

Agar tidak diganggu binatang buas atau terkena angin malam yang keras menerpa daratan, Wang Ji Hong ditandu dan dimasukkan ke dalam sebuah goa batu, yang sekarang bernama Simongan, Bongsari, Kecamatan Semarang barat, Semarang.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Wonosobo Selasa 4 Juli 2023, Pagi Malam Berawan, Siang Sore Potensi Turun Hujan

Menurut cerita, Wang Ji Ho bersama sejumlah bala tentara Laksamana Cheng Ho kemudian tinggal di wilayah goa batu dan berasimilisasi dengan masyarakat setempat.

Wang Ji Hong meninggal pada usia 87 tahun dan dimakamkan di samping Goa Sam Poo Kong.

Makam tersebut kemudian dikenal sebagai Makam Kyai Juru Mudi.

Sebelum meninggal Wang Ji Ho mendirikan altar di dalam Goa Batu tempat tinggalnya dan di atas altar itu ditempatkan patung Laksamana Cheng Ho, sebagai bentuk penghormatan terhadap tuannya.

Berikut ini adalah sejumlah tempat di dalam Kompleks Klenteng Sam Poo Kong yang bisa dikunjungi wisatawan.

Gedung utama Klenteng Sam Poo Kong yang tampak sekarang dibangun pada tahun 2002 dan selesai 2005.

Pada waktu itu, pembina Yayasan, Ir Priambudi Setiakusuma (alm) menjalankan misi pembangunan klenteng.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Cilacap Selasa 4 Juli 2023, Pagi Siang Berawan, Sore Malam Potensi Turun Hujan

Di dalam kompleks tempat ibadah Klenteng Sam Poo Kong terdapat beberapa tempat pemujaan yang masing-masing mempunyai arti sendiri.

1. Tempat Pemujaan Kyai Juru Mudi

Juru mudi kapal utama dari armada Cheng Ho bernama Wang Ji Hong mendadak sakit keras.

Wang Ji Hong bersama sejumlah bala tentara kemudian tinggal di wilayah goa batu dan berasimilisasi dengan masyarakat setempat.

Wang Ji Hong meninggal pada usia 87 tahun dan dimakamkan di samping Goa Sam Poo Kong.

Tari Rampak Buto Sekar Turonggo Jati juga ditampilkan di Klenteng Sam Poo Kong

Makam tersebut kemudian dikenal sebagai Makam Kyai Juru Mudi.

Sebelum meninggal Wang Ji Ho mendirikan altar di dalam Goa Batu tempat tinggalnya dan di atas altar itu ditempatkan patung Laksamana Cheng Ho, sebagai bentuk penghormatan terhadap tuannya.

2. Tempat Pemujaan Dewa Bumi (Tho Tee Kong)


Di sini para umat mengucapkan terima kasih dan bersyukur karena Dewa Bumi telah memberikan tanah yang subur, panen yang berlimpah, dan kekayaan alam yang beraneka ragam.

 

3. Tempat Pemujaan Klenteng Besar dan Goa Sam Poo Kong

Tempat ini merupakan pusat dari seluruh kegiatan di dalam Kompleks Klenteng Agung Sam Poo Kong.

Pada awalnya tempat ini adalah sebuah goa tempat juru mudi kapal utama Laksamana Cheng Ho yang bernama Wang Ji Hong dirawat dan tinggal bersama sejumlah hulu balang armada Laksamana Cheng Ho.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Banjarnegara Selasa 4 Juli 2023, Pagi Berawan, Siang Sore Malam Potensi Turun Hujan

Saat ini di dalam goa tersebut ada patung Sam Poo Tay Djien dan dua pengawalnya.

4. Tempat Pemujaan Mbah Kyai Jangkar

Jangkar besar berukuran tinggi dua meter dan lebar 2 meter ini merupakan lambang yang mewakili betapa besar kapal-kapal dalam armada Laksamana Cheng Ho.

Tempat ini digunakan untuk sembahyang atau semedi.

5. Pohon Rantai

Di dalam klenteng juga terdapat pohon unik yang batangnya menyerupai rantai atau rambut yang kepang.

Konon batang pohon dan dahan yang berbentuk rantai itu digunakan sebagai tambang kapal jika dalam kondisi darurat.

Baca Juga: Cara Menyembuhkan Radang Usus Buntu Menggunakan Umbi Bidara Upas, Resep Herbal oleh Arief Hariana

Pohon dan dahan yang mirip rantai itu melilit-lilit di tempat pemujaan Mbah Kyai Jangkar.

6. Goa Cheng Ho

Di dalam goa Sam Poo Kong juga terdapar sumber air yang tidak pernah kering meski terjadi kemarau panjang.

Para umat yang datang untuk bersembahyang juga mengambil air dari sumber tersebut.

Mereka percaya bahwa sumber air tersebut memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

7. Gambar Relief

Relief ini merepakan cerita sejarah perjalanan muhibah armada asa China yang dipimpin Laksamana Cheng Ho terdiri atas 10 diaroma yang saling berkesinambungan.

Baca Juga: Cara Menyembuhkan Radang Usus Buntu Menggunakan Umbi Bidara Upas, Resep Herbal oleh Arief Hariana

Cerita dalam relief diabadikan dalam tiga bahasa, yakni Indonesia, Inggris, dan Mandarin.

Tiongkok yang sangat luas wilayahnya, selalu disibukkan oleh urusan perkembangan dalam negeri.

Berabad-abad lamanya jalur perdagangan utama terletak pada jalur sutra yang menghubungkan wilayah Tiongkok dengan daerah barat seperti Turkestan, India, dll.

Setelah Dinasti Yuan runtuh, Tiongkok dipimpin Dinasti Ming.

Untuk memulihkan hubungan baik dengan negeri sekelilingnya, Dinasti Ming berusaha mengadakan hubungan dagang dan diplomatik di Benua Asia dan Afrika.

Baca Juga: Samsat Keliling Banjarnegara Selasa 4 Juli 2023, Ada di 3 Lokasi Berikut Jadwal Lengkapnya

Dinasti Ming mulai memberikan perhatian dan terhadap usaha perdagangan melalui jalur laut.

Jalur pelayaran lewat laut yang sebelumnya tidak pernah dikembangkan dan disadari oleh Dinasti sebelumnya, mulai terbuka dan dikembangkan.

Kaisar ketiga Dinasti Ming, yaitu Mong Cheng Zu, telah memindahkan Ibu Kota dari Nan Jing ke Bei Jing serta memilih seorang luar biasa untuk memimpin serangkaian penjelajahan ke laut selatan dan barat. Orang yang terpilih adalah Zheng He (Sam Poo Tay Djien).***

Editor: Ali A

Sumber: Berbagai Sumber liputan

Tags

Terkini

Terpopuler