Baca Juga: Kenali Hati Kita dan Jaga Hati Kita, InsyaAllah Selamat
Bila kita cermati khurafat di atas, niscaya akan kita dapati keduanya kembali pada masalah Tathoyyur yaitu merasa sial dengan burung atau lainnya yang hal ini termasuk kategori perkara jahiliyah yang dibatalkan Islam.
Perlu diketahui bahwa khurafat ini sampai sekarang masih bercokol di sebagian masyarakat.
Sebagai contoh, sebagian masyarakat masih meyakini bila ada burung gagak melintas di atas maka itu pertanda akan ada orang mati, bila burung hantu berbunyi pertanda ada pencuri, bila mau beergian lalu di jalan dia menemui ular menyebrang maka pertanda kesialan sehingga perjalanan harus diurungkan.
Demikian pula, ada yang merasa sial dengan bulan Dzulqa’dah (selo; jawa) dan bulan Muharram (suro: jawa), hari jum’at kliwon, ada juga yang merasa sial dengan angka seperti angka 13 dan sebagainya. (Lihat secara lebih luas masalah ini dalam risalah Ath-Tathoyyur oleh Syaikh Ibrahim al-Hamd).
Baca Juga: Jangan Langsung Berdiri lalu Pergi! Nikmati Dulu Rasa CintanNya, Allah SWT Masih Menunggu
Begitu juga sebaliknya, hendaknya kita bertawakal yakni menyerahkan segala urusan sepenuhnya kepada Allah, karena salah satu hikmah di balik peniadaan Nabi terhadap khurafat-khurafat jahiliyah dalam hadits ini adalah agar seorang muslim benar-benar bertawakal bulat kepada Allah tanpa melirik kepada selainNya.