Ketum PB IIDI Dr Haslinda Daulay Abidinsyah: Banyak Remaja yang Belum Siap Jadi Ibu

29 Oktober 2023, 17:34 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Istri Dokter Indonesia (PB IIDI) Dr Haslinda Daulay Abidinsyah di sela-sela pengarahan sekaligus membuka acara Konsolidasi Organisasi IIDI di Hotel Grasia, Semarang, Sabtu, 28 Oktober 2023. /Alvin Arifin/

BANJARNEGARAKU.COM - SEMARANG - Banyak remaja yang belum siap menjadi ibu. Melihat fenomena banyaknya anak usia sekolah yang kemudian terpaksa menikah karena hamil terlebih dahulu, membuat Ikatan Istri Dokter Indonesia atau IIDI prihatin. Kemudian IIDI tergerak membuat program atau strategi untuk ikut membantu pemerintah mengkampanyekan bahaya pernikahan usia dini.

"Untuk ikut mengkapanyekan bahaya pernikahan usia dini, IIDI mengadakan pertemuan dengan Menteri Kesehatan dan BKKBN. Jadi sebenarnya IIDI itu bermitra dengan pemerintah," kata Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Istri Dokter Indonesia (PB IIDI) Dr Haslinda Daulay Abidinsyah di sela-sela pengarahan sekaligus membuka acara Konsolidasi Organisasi IIDI di Hotel Grasia, Semarang, Sabtu, 28 Oktober 2023.

Mengapa pernikahan di usia dini itu kurang baik atau bahkan bahaya karena banyak hal yang kurang baik baik scara fikis maupun psikologis.

"Di usia sekolah, mereka harus menikah. Mereka harus putus sekolah dan tidak bisa bermain sebagaimana teman-teman seusia mereka. Mereka hamil, melahirkan, dan momong bayi dan akhirnya tidak bisa melanjutkan sekolah," katanya.

Baca Juga: Apri/Fadia Kandas di Semifinal, 2 Wakil Indonesia Melenggang ke Final BWF French Open 2023

Padahal, lanjut Haslinda, secara fisik, alat-alat reproduksi anak usia 13-17 (SMP-SMA) itu belum sempurna benar. Bisa dikatakan belum siap untuk menjalankan fungsinya dengan baik.

"Nah, IIDI masuk ke kelas 3 SMP/MTs. Tujuannya mengedukasi akibat yang ditimbulkan dari pernikahan usia dini. Setelah mereka lulus SMP/MTs dan duduk di bangku kelas 1 SMA/SMK/MA, maka pola pikir mereka akan terbuka."

Mereka tidak lagi hanya ingin menikah selepas sekolah menengah atas namun sudah berkeinginan mengejar karir.

"Setidaknya mereka ingin bekerja dan punya penghasilan sendiri kalau perlu bisa membantu ekonomi atau keuangan ayah ibunya atau untuk menabung demi masa depan," jelasnya.

Baca Juga: Plt Rektor Prof Nizar Ali Semarang Sebut Kasus UIN Walisongo Sudah Selesai, Terkait Pilrek Ini Penjelasannya

Selain kampanye bahaya pernikahan usia dini, kata Dr Haslinda Daulay Abidinsyah SE MSi, ada hal lain yang menjadi program unggulan PB IIDI.

"Yang pertama adalah mendukung program pemerintah tentang perilaku hidup bersih dan sehat," kata Dr Haslinda Daulay Abidinsyah.

Menurut dia, ada sepuluh program dari 3 program unggulan yang sampai sekarang pemerintah pun belum maksimal dalam menjalankannya. Pemerintah berharap peran serta aktif elemen masyarakat, yakni dengan turut serta mengenalkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ke dalam masyarakat pada umumnya.

"Dalam kegiatan itu, kami sosialisasikan pentingnya dan manfaat penggunaan air bersih, antara lain mensosialisasikan cuci tangan dengan sabun. PHBS ini kan gunanya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan anak. Yaitu, ibu hamil hingga melahirkan anak yang mana keduanya sama-sama sehat, selamat, tidak kurang suatu apa. Artinya, keduanya atau salah satu di antaranya tidak meninggal dunia pada saat proses persalinan. Pasca kelahiran, kami juga hadir bersama pemerintah melalui program Posyandu, kemudian Program Bina Balita, agar program PHBS berjalan lancar."

Program yang selanjutnya adalah mengenai penyakit menular. Contohnya TBC. Sebagaimana kitahu, penanganan TBC ini butuh obat dalam jangka panjang dan kuntinyu. Kami melihat kader-kader Puskesmas kesulitan untuk mengajak keluarga yang anggotanya terkena TBC untuk datang mengambil obat di Puskesmas. Padahal, kader Pusksemas tentu akan mengalami kesulitan jika harus mengantarkan obat TBC ke rumah-rumah penderita. Antara lain karena tidak semua rumah penderita TBC itu dekat dengan Puskesmas.

Baca Juga: 5 Perairan Terpenting di Dunia, Salah Satunya di Indonesia

"Nah itu lah program unggulan kedua kami. Jadi di program unggulan kedua ini, kepada ibu-ibu anggota IIDI di daerah supaya mau membantu kader Pusklesmas mendatangi keluarga yang terkena TBC. Misalnya dengan iming-iming hadiah, jika penderita TBC mau makan obat selama 6 bulan berturut-turut, maka IIDI akan memberi hadiah telur sebagai asupan harian. Nah itu program unggulan kedua kami," jelasnya.

Sementara itu, tambah dia, untuk HIV, IIDI hanya melakukan penyuluhan melalui remaja pada umumnya. Antara lain di sekolah menengah tingkat pertama dan ata (SMP/SMA).

"Kami melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah itu di setiap liburan. Atau pada saat usai ujian semesteran. Mereka tidak ada kelas, namun tetap masuk sekolah karena belum saatnya libur. Jadi IIDI menggandeng para guru pembimbingnya, untuk memnberikan penyuluhan tentang HIV."***

Editor: Ali A

Sumber: Wawancara

Tags

Terkini

Terpopuler