Pada bagian dasar baju yang dikenakan baik untuk pria atau wanita adalah kayu alam yang diikat dengan kain tenun pampele dan dipadu-padankan dengan kain tenun kaiwu patola.
Aksesoris tengkorak pada jaman dahulu adalah tengkorak musuh yang kalah berperang. Namun pada masa sekarang dibuat dari tengkorak hewan yang sudah melalui proses pengeringan.
Senjata yang digunakan berbagai macam, ada tombak, pedang, parang dan perisai sebagai pelindung. Senjata-senjata tersebut, untuk saat ini, hanya digunakan sebagai simbol perjuangan dan perlawanan para leluhur suku Minahasa.
Aksesoris kepala yang digunakan adalah dari bulu ayam atau bulu burung cenderawasih. Penggunaan bulu ayam berkaitan dengan keberanian ayam jantan yang dipotong jenggernya sehingga lebih berani bertarung. Sebagai pelengkap ada kalung, gelang, dan aksesoris lainnya.
Alasan Erina dan Kaesang memilih
Erina Gudono dan Kaesang Pangarep mengaku mengenakan baju adat pasangan berupa kostum Kawasaran ini sebagai lambang penghormatan.
"Baju kawasaran ini sebagai lambang penghormatan kami kepada para WARANEY (ksatria) bangsa yang telah berjuang melawan penjajah. Kami menyalakan jiwa muda ksatria WARANEY untuk melanjutkan perjuangan memajukan bangsa. I Yayat U Santi!" tulis Erina dengan menambahkan simbol pedang di akhir tulisannya.
Bahan baju adat Minahasa ini yang ramah lingkungan menjadi alasan mereka. Tata busana dan aksesoris dibuat mengacu pada fashion ramah lingkungan dan tidak menggunakan bahan hewan asli.
"Dipadu-padankan dengan kain tenun kaiwu patola. Tata busana dan aksesoris dibuat mengacu pada sustainable fashion dan tidak menggunakan materi hewan asli," ujar Erina.