Jauh di Mata Dekat di Asa, Potret Kondisi Pendidikan di Daerah Pegunungan Dusun Sitata, Banjarnegara

3 Mei 2022, 14:50 WIB
Jauh di Mata Dekat di Asa, Potret Kondisi Pendidikan di Daerah Pegunungan Dusun Sitata, Banjarnegara /

BANJARNEGARAKU - Pemerintah terus berupaya dalam pemerataan pendidikan program wajib belajar sembilan tahun, seperti halnya Potret Kondisi Pendidikan di Daerah Pegunungan Dusun Sitata, Banjarnegara.

Pendidikan merupakan hak setiap Warga Negara Indonesia. Sejumlah pusat pendidikan beserta fasilitas pendukungnya tengah gencar dibangun supaya merata di seluruh tanah air.

Kenyataannya beda dengan kondisi di lapangan, belum semua pusat pendidikan beserta fasilitas pendukung menjangkau setiap wilayah. Termasuk di Kecamatan Susukan, Banjarnegara.

Baca Juga: Bocah 8 Tahun Hanyut Terbawa Sungai Serayu di Banjarnegara

Hal ini tidak menyurutkan semangat para tenaga pendidik SMP PGRI Susukan untuk mensukseskan program wajib belajar sembilan tahun, setingkat SMP di Dusun Sitata, Desa Panerusan Wetan, Kecamatan Susukan, Banjarnegara.

Program Kelas Jauh yang digagas oleh SMP PGRI Susukan, Banjarnegara menjadi aksi nyata, solusi mendekatkan peserta didik menuju pusat pendidikan.

Kondisi topografi berupa pegunungan memaksa peserta didik harus menempuh jarak 4 sampai 5 kilometer untuk menuju sekolah setingkat SMP terdekat.

Sejumlah permasalahan sosial, seperti pernikahan dan faktor ekonomi pun mewarnai perjuangan Tenaga Pendidik SMP PGRI Susukan dalam mewujudkan Program Kelas Jauh.

Baca Juga: Seberapa Jawa Kamu! Cucuk, Arti dan Kalimat Berbahasa Jawa

Selain dengan memanfaatkan Gedung Masjid di wilayah Dusun Sitata, Desa Panerusan Wetan, Kecamatan Susukan, Banjarnegara, juga keterbatasan operasional para tenaga pendidik, tidak menghalangi proses Kegiatan Belajar Mengajar Program Kelas Jauh SMP PGRI Susukan, bahkan masih eksis hingga sekarang.

Berikut tim banjarnegaraku.com melansir dari instagram kecamatan susukan_official dalam postingan film pendek SMPN PGRI Susukan.

Potret nyata kondisi dunia pendidikan di daerah pegunungan Dusun Sitata.

Subardi, S.Pd.I, Kepala Sekolah SMP PGRI Susukan mengungkapkan pihaknya masuk di SMP PGRI Susukan pada tahun 2014. Ketika itu, jumlah siswa sedikit sekali, 60 siswa pada tahun 2014.

Baca Juga: Apa yang Dimaksud dengan Pekerja Jasa? Sebutkan Contohnya, Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 4 SD

"Dalam aturan di Pemerintah, waktu itu sekolah dengan siswa dibawah 60, BOS (Bantuan Operasional Sekolah-red) tidak turun. Akhirnya juga tutup. Dari situlah, saya kebingungan, bagaimana agar sekolah tidak tutup," katanya

Akhirnya, lanjut Subardi, pihaknya memutuskan dan mengajak guru lain untuk mencari siswa. Sebab, kalau tidak mencari siswa, nanti sekolah tutup.

"Saya datangi satu persatu, mana anak yang tidak sekolah, saya datangi. Yang kami lakukan itu demi perjuangan Alkhamdulillah, mendapatkan hasil. Saya mendapatkan 14 anak putus sekolah, dari itu kami kumpulkan dan saya tanya satu persatu.

Kenapa tidak sekolah? Ada yang karena tidak punya biaya, terus karena membantu orang tua. Saya tanyakan lagi, ada yang karena jarak yang terlalu jauh pak. Kasihan orang tua saya, kasihan bapak saya. Jadi anak itu tidak sekolah tapi membantu orang tua di rumah, " terangnya.

Baca Juga: Seberapa Jawa Kamu! Cukeng, Arti dan Kalimat Berbahasa Jawa

Isyana Yuniati, S.Pd., guru SMP PGRI Susukan mengungkapkan pihaknya bergabung dengan SMP PGRI Susukan sejak tahun 2018.

Di hari pertama bergabung dengan SMP PGRI Susukan, langsung ditawari untuk mengajar kelas jauh oleh Bapak Kepala Sekolah.

Saat itu juga, pihaknya menyanggupi untuk menjadi guru kelas jauh.

"Saya harus menjadi bagian di kelas jauh ini. Karena di kelas jauh ini, saya bukan hanya menjadi guru, saya bukan hanya membagikan ilmu, lebih dari itu. Karena menjadi guru di kelas jauh itu menjadi penolong bagi anak-anak dan bangsa ini untuk mendapatkan haknya memperoleh pendidikan," tegasnya.

Baca Juga: Seberapa Jawa Kamu! Culika, Arti dan Kalimat Berbahasa Jawa

Dilanjutkannya, pihaknya bergabung disini, setelah sekolah jauh dimulai. Jadi pertama datang kesini (Kelas Jauh SMP PGRI Susukan-red) dan perkenalan, ada anak yang paling aktif di kelas, namanya Arinda (16 tahun). Kondisi Arinda yang berhenti sekolah, karena menikah.

"Hari terakhir saya ketemu Arinda, saya sedang mengajar di kelas jauh lalu Arinda lewat mau ke Susukan. Terus saya samperin dia, dan dia memeluk saya dan dia memberi saya sebuah surat, yang saya simpan sampai sekarang," katanya.

Pihaknya masih berkomunikasi dengan Arinda. Bahkan, masih sering menyinggung kenapa Arinda tidak melanjutkan sekolah.

Tapi itu tidak mungkin, kembali ke sekolah. Karena Arinda sudah berumah tangga.

Dari isi surat itu pun menunjukkan bahwa Arinda masih semangat ingin sekolah.

Baca Juga: Gamis Terlilit Rantai Sepeda Motor Akibatkan Pengendara Motor di Purbalingga Dilarikan ke Rumah Sakit

"Jelas saya marah, waktu Arinda ingin berhenti sekolah. Saya kecewa sekali. Tapi rumah Arinda kan sangat jauh, dan kami sudah berusaha mendatangi rumahnya. Coba membujuk bapaknya, biar Arinda bisa sekolah lagi. Ayo, biar Arinda balik lagi," urainya.

Subardi, S.Pd.I, Kepala Sekolah SMP PGRI Susukan menambahkan, dulu, Arinda bukannya keluar sekolah.

Tapi beberapa hari tidak berangkat sekolah. Ada beberapa anak yang seperti Arinda. Karena tidak berangkat sekolah, pihak sekolah sambangi (mendatangi rumah anak).

Hal serupa di alami Azis Fathudin (14 tahun), anak Dusun Sitata Desa Panerusan, Kecamatan Susukan, keluar sekolah karena perekonomian keluarga.

"Di sana menjenguk, dan masya Alloh. Saya ke sana itu, anak sedang memanjat di pohon kelapa, sedang nderes (mengambil nira di pohon kelapa). Saya melihat itu mengerikan, karena anak sekecil itu memanjat pohon kelapa yang tingginya luar biasa," kata Subardi

Baca Juga: Mendoan Raksasa Kang Sarwono, Rekomendasi Kuliner Lebaran 2022 di Banjarnegara

Azis Fathudin mengungkapkan rasa hatinya yang ingin tetap bersekolah.

"Sebenarnya masih pengin sekolah, tapi harus bantuin bapak saya nderes (mengambil nira di pohon kelapa-red), kalau lihat temen-temen sekolah, jadi sedih, " ungkap Azis.

Berbeda dengan kondisi Ridho (14 tahun), dirinya masih sekolah dan bekerja demi membantu orang tua.

"Saya kalau pagi jam 7 sampai jam 12 sekolah dan setelah pulang sekolah ganti baju, habis itu bekerja, " kata Ridho

Sekolah jarak jauh itu enak, lanjut Ridho, karena dekat.

"Jadi bensin motor saya tidak boros. Kalau orang tua saya tetap mendukung, jika saya sekolah dan bekerja. Yang penting bisa membagi waktu," tambah Ridho.

Baca Juga: Mandalika Racing Team Dikejar Hutang, Musim Balap 2021 Belum Dibayar, Sejumlah Nama Besar Kesenggol

Hal senada diungkapkan Ika Vatmawati, S.Pd, Guru SMP PGRI Susukan, pihaknya berharap juga anak di Kabupaten Banjarnegara, khususnya di Susukan, bisa mendapatkan pendidikan yang layak, minimal 9 tahun belajar. Syukur mereka bisa melanjutkan ke SMA atau SMK pilihan mereka sendiri.

"Alasan saya mau mengajar di SMP PGRI Susukan, kelas jauh itu, karena saya ingin anak di kelas jauh itu mendapatkan ilmu, terutama untuk membantu pendidikan,"ungkapnya.

Sementara itu, Drs Susanto, Camat Susukan menyampaikan, SMP PGRI Susukan ini mengambil kegiatan pembelajaran jarak jauh di Dusun Sitata, Desa Panerusan Wetan, Kecamatan Susukan.

Baca Juga: Viral! Menara Pandang Teratai Bikin Pemudik Penasaran

Hal ini mendasarkan pada bahwasannya tingkat pendidikan di wilayah Dusun Sitata ini memang terletak di daerah pegunungan dimana untuk menjangkau ke pusat pendidikan ini menempuh jarak kurang lebih 4 sampai 5 kilometer.

Tentunya ini sangat berpengaruh terhadap motivasi anak untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP.

Tentunya hal ini sangat membantu pemerintah, mengingat memang saat ini digembar-gemborkan kegiatan pendidikan setinggi mungkin.

Dan, kenapa ini dihadirkan? Karena mengingat di Dusun Sitata rata-rata penghasilan masyarakat adalah berkebun dan bertani atau bahkan banyak orang tua yang pergi merantau sehingga motivasi dari orang tua kepada anak itu berkurang.

Baca Juga: Mudik Lebaran Idul Fitri, Adab dan Ketentuan Syariatnya, Begini Selengkapnya

"Jadi kami sampaikan terima kasih, mewakili Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan Camat Susukan atas upaya SMP PGRI Susukan dalam mengangkat pembelajaran jarak jauh ini. Dan tentunya ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan di Kecamatan Susukan, " terang Susanto.

Demikian ulasan cuplikan film pendek "Jauh di Mata Dekat di Asa" Program Kelas Jauh SMP PGRI Susukan.

Sebagaimana vidio yang diunggah akun instagram kecamatansusukan_official yang tayang 12 November 2021. Selamat Menyongsong Hari Pendidikan Nasional.***

Editor: Dimas D. Pradikta

Tags

Terkini

Terpopuler