"Dua tahun lagi memasuki satu abad, perkembangannya cukup dahsyat. Karena madrasah yang waktu saya menjadi santri/muridnya, masih segar di ingatan dan bahkan terngiang, santri tidak diperkanankan mengenakan pakaian yang bisa difahami sebagai tasyabbuh (menyerupakan diri) pada busana orang kafir. Sekarang ini sudah banyak sekali mengalami perubahan," kenang Prof Ahmad Rofiq yang kini menjabat sebagai Ketua Bidang Pendidikan Pelaksana Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang masa khidmat 2023-2027.
Merawat Keilmuan Salaf dan Menerima Modernitas
Menurut Prof Ahmad Rofiq, salah satu peran penting adalah nilai keunggulan madrasah di bawah naungan Yayasan TBS Kudus, yaitu kontribusinya dalam merawat keilmuan salaf berbasis pesantren dan sekaligus siap menerima modernitas sepanjang sejalan dengan syariat Islam.
Baca Juga: Menyoal Perkara Amin dari Zulhas, Amin Itu Tidak Berarti Calon Presiden Kata Ma'ruf Amin...
"Sebagaimana kaidah “al-muhafadhah ‘ala l-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi l-jadid al-ashlah” artinya “menjaga nilai lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik”," kata Prof Ahmad Rofiq yang kini menjabat sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (PW-DMI) Jawa Tengah (2022-2027).
Oleh karena itu, lanjut dia, pembelajaran kitab-kitab salaf menjadi menu sehari-hari yang diberikan kepada santri, namun tanpa meninggalkan ilmu-ilmu dan materi sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah.
Santri-santriyah dari MI sudah dikenalkan dengan Matan Ajrumiyah – lebih dikenal dengan Jurumiyah, Nadham ‘Imrithi.
Santri MTs sudah mulai diajarkan sekaligus menghafal Nadham Alfiyah, dan di MA santri diajarkan Syarah Ibnu ‘Aqil untuk dapat memahami lebih mendalam tentang ilmu nahwu yang marannya nadham Alfiyah, karangan Imam Muhammad ibnu Malik.
"Ini hanya contoh rujukan ilmu nahwu yang diajarkan di TBS. Tentu masih banyak ilmu salaf yang lainnnya, baik Sharaf, tafsir, hadits, fiqh dan ushul fiqh, akidah atau tauhid, dan bahkan ilmu manthiq santri sudah dikenalkan dengan kitab Sullam al-Munauraq fi ‘Ilm al-Manthiq," kata Prof Ahmad Rofiq yang juga Direktur LPH-LPPOM-MUI Jawa Tengah.