Kesenian Aplang: Dakwah Islam Melalui Hiburan di Desa Kaliwungu Mandiraja Banjarnegara

- 6 November 2023, 21:12 WIB
Aplang “Sukma Ayu” dari Purwasari mewakili Klampok pada Pentas Kesenian Tradisional
Aplang “Sukma Ayu” dari Purwasari mewakili Klampok pada Pentas Kesenian Tradisional /Pemdes Klampok/www.klampok.id/

BANJARNEGARAKU.COM - Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, menyimpan sebuah warisan budaya yaitu seni tari Aplang. Kesenian ini tak hanya sekadar hiburan semata, namun juga menjadi sarana dakwah dalam penyebaran agama Islam di wilayah tersebut.

Kesenian Aplang memiliki akar yang dalam dalam tradisi penyebaran agama Islam di Banjarnegara. Pada masa itu, Islam diintegrasikan melalui berbagai cara, termasuk seni. Aplang menjadi salah satu wujud dari dakwah Islam yang mengambil pedoman dari kitab Berjanji dan Al-Quran.

Baca Juga: Lengger Gugat! Mengangkat Kembali Kesenian Tradisi Lengger, Dikolaborasikan sesuai Perkembangan Zaman

Banjarnegaraku.com merangkum tentang kesenian Aplang di Desa Kaliwungu dari publikasi skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Religius Dalam Tari Aplang di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Skripsi tersebut ditulis oleh Fanni Angganingtyas pada pada 7 Mei 2013 untuk memperoleh gelar S1. Waktu itu ia merupakan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni jurusan Pendidikan Seni Tari Universitas Negeri Yogyakarta. 

Awalnya, di Desa Kaliwungu terdapat grup seni Berjanjen, yang menggunakan rebana sebagai alat musik pengiring dalam melantunkan ayat suci Al-Quran dan syair-syair berbahasa Jawa. Pada tahun 1951, muncul kesenian Angguk sebagai perkembangan dari Berjanjen. Angguk ditandai dengan penambahan gerakan silat oleh sejumlah penari laki-laki. Namun, seiring berjalannya waktu, Angguk mengalami kemunduran hingga akhirnya tidak aktif lagi.

Dari keheningan tersebut, tumbuhlah kesenian baru yang diberi nama Dhaeng. Nama ini berasal dari kata "Aeng" yang berarti beda dari kesenian Angguk. Seiring berjalannya waktu, penari pria juga ditambahkan untuk membuat kesenian Dhaeng lebih atraktif. Kemudian, Dhaeng bermetamorfosis menjadi Aplang, yang merujuk pada gerakan silat dengan merentangkan tangan ke kanan dan ke kiri.

Baca Juga: Seni Tradisional Ebeg digelar di Candiwulan, Bupati Tiwi Ajak Cintai Kesenian Lokal

Aplang menghidupkan gerak-gerik silat dengan nyanyian dan syair-syair berbahasa Arab yang bersumber dari kitab Al Berzanzi. Pada masa lalu, Aplang dipentaskan pada malam hari, dari pukul 20.00 hingga pukul 01.00 dengan durasi 12 babak. Kesenian ini bukan hanya hiburan semata, namun juga menjadi sarana dakwah dengan melantunkan puji-pujian Islam yang disertai dengan alat musik rebana.

Halaman:

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: eprints.uny.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x