BANJARNEGARAKU.COM - Desa Kaliwadas, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes dikenal sebagai penghasil produk alat musik rebana.
Bagi warga Desa Kaliwadas, pembuatan rebana sudah menjadi produk rumahan yang diwariskan secara turun-temurun.
Maka tidak heran, apabila kita mengunjungi Kaliwadas, banyak dijumpai home industri atau pengrajin rumahan yang membuat alat musik rebana.
Baca Juga: Mengenal Sosok Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto Beserta Istri, Berikut Selengkapnya
Tidak hanya itu disepanjang jalan utama juga dijumpai deretan toko yang memajang alat musik rebana yang dijual.
Rebana adalah perkusi yang telah melekat begitu lama dan terkait sangat erat dengan seni tradisi Islam.
Karena dipakai untuk mengiringi nyanyian-nyanyian dengan konten syair yang penuh dakwah, puji-pujian kepada nabi, sholawat, dan nyanyian islami lainnya.
Baca Juga: Viral! Inul Daratista Sulap Sang Suami Adam Suseno Jadi Sosok Minions, Berikut Selengkapnya
Di Desa Kaliwadas, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, banyak home industri memproduksi rebana dari berbagai ukuran dan nantinya akan dijual ke pengepul.
Bahan baku bingkai terbagus terbuat dari kayu sawo, kayu sana keling dan kayu laban.
Namun yang paling banyak dipakai saat ini adalah kayu mangga dan suyudan karena gampang didapat.
"Saat sekarang ini, bahan bingkai yang banyak dipakai dari kayu mangga," ungkap Agus salah satu pengrajin rebana rumahan.
Baca Juga: Manfaat Kamijara atau Sereh Bagi Kesehatan, Ini Kata Praktisi Kesehatan dr Agus Ujianto Selengkapnya
"Hampir semua bahan mentah berupa bingkai dan kulit kambing sudah ada, kemudian tinggal merangkai menjadi bahan setengah jadi dan kita jual ke pengepul," tambahnya.
Adapun cara pembuatan rebana diantaranya menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan berupa palu dan tatakan untuk tempat bingkai.
Menyiapkan bahan kulit kambing yang kering, sebelum dipasang ke bingkai sebelumnya direndam air supaya tekturnya lentur dan mudah dipasang.
Baca Juga: Hitungan Dasar Hukum Alam Sri, Lungguh, Dunya, Lara, Pati, Begini Selengkapnya
Tatakan bingkai yang akan dipasangi kulit kambing bagian tepinya banyak terdapat paku yang fungsinya sebagai pengait kawat.
Setelah bingkai ada diatas tatakan, kulit kambing diletakan diatas bingkai dan menyesuiakan diameter bingkai supaya pas saat dirangkai.
Kulit kambing yang sudah terpasang diatas bingkai dimana terdapat lingkaran dari besi sesuai diameter bingkai, satu persatu bagian tepi kulit kambing dilubangi sampai rata.
Setelah itu, kawat dimasukan kedalam lubang tadi dan kawat dikaitkan dipaku ditepi tatakan bingkai tadi.
Supaya kawat yang sudah dikaitkan tadi kencang merata di setiap tepi bingkai, maka bagian bawah tatakan dimasukan kayu dibeberapa sudut dan dikencangkan dengan memukul kayu tadi dengan palu.
"Pastikan pasangan ini kuat dan rata supaya mudah dalam memasang paku disekeliling bingkai," ungkap Sastro.
"Setelah paku terpasang semua ditepi bingkai, selanjutkan menjemur bingkai yang sudah tertutup kulit kambing supaya kering dan dihasilkan suara yang khas," tambahnya.
"Suara yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh kualitas jenis kulit kambing," katanya.
Setelah kulit kambing tadi kering, kulit yang tersisa ditepi bingkai dirapikan dengan cara memotong dengan pisau atau benda yang tajam.
Sisa kulit kambing tadi ternyata masih bisa dimanfaatkan untuk kerupuk rambak setelah diolah sedemikan rupa.
Bahan mentah rebana dari berbagai ukuran siap dijual ke pengepul dengan sistem kodi. Artinya satu kodi berisi 20 buah.
Pengepul tinggal membuat satu set rebana yang terdiri dari 5 sampai 7 buah rebana dengan berbagai ukuran bingkai.
Satu set alat kemudian dipoles ulang dengan berbagai ornamen, motif dan warna sesuai dengan pesanan pelanggan, misalnya ditepian bingkai diberi tulisan nama kelompok rebana.
"Dalam satu hari raata-rata bisa memproduksi 2 kodi rebana dari berbagai jenis ukuran,"ungkap Agus.***