Kembangkan Pertanian Organik, BPP Gombong Lakukan Pengembangan Bakteri Penambat Nitrogen

- 27 Agustus 2022, 08:18 WIB
Kembangkan Pertanian Organik, BPP Gombong Lakukan Pengembangan Bakteri Penambat Nitrogen
Kembangkan Pertanian Organik, BPP Gombong Lakukan Pengembangan Bakteri Penambat Nitrogen /Teguh/banjarnegaraku

BANJARNEGARAKU.COM - Kembangkan pertanian organik, Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Kecamatan Gombong melakukan pengembangan bakteri penambat Nitrogen.

Pengembangan bakteri penambat Nitrogen ini sasarannya adalah kelompok tani Gododadi dan Werdidadi di Desa Klopogodo.

Bakteri menyumbang peranan penting dalam menyediakan berbagai unsur hara termasuk nitrogen yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

Baca Juga: Kunjungi SMK Negeri 1 Kalibagor, Tak Biasa! Kali Ini Bupati Banyumas Tantang Siswa-siswi untuk..

Bakteri ini ada yang hidup berasosiasi dengan tanaman, sistem perairan, dan sedimen. Namun, ada pula bakteri penambat nitrogen hidup bebas di tanah.

Bakteri penambat nitrogen memiliki enzim nitrogenase yang berperan mereduksi gas N2 dari udara menjadi amoniak yang dapat dimanfaatkan oleh sel bakteri dan tumbuhan dalam metabolisme nitrogen.

Bakteri penambat nitrogen merupakan bakteri yang mampu memfiksasi nitrogen bebas menjadi amonium atau nitrat, sehingga dapat diserap oleh tanaman.

Program Climate Smart Agriculture (CSA) yg biasa disingkat pertanian cerdas iklim bertujuan untuk meningkatkan produksi juga mengurangi emisi gas rumah kaca.

Baca Juga: Tingkatkan Potensi Kuliner Lokal, Pemda Purbalingga Gelar Lomba Masak Olahan Ikan dan Seduh Kopi, Selengkapnya

BPP Kecamatan Gombong melalui program CSA ajak kelompok tani Desa Klopogodo ikuti pelatihan pembuatan pupuk organik.

Sebagai contoh dengan memanfaatkan jerami masuk ke area sawah, dimana jerami sudah dikomposkan terlebih dahulu maka kebutuhan hara K (KCl) akan berkurang sehingga akan mengurangi ongkos biaya produksi.

Akan tetapi, kebiasaan petani setelah panen adalah dengan membakar jerami. Kebiasaan ini akan menyumbang karbondioksida, yang mana gas karbon ini sebagai sumber emisi gas rumah kaca (GRK).

"Dengan pelatihan ini petani diharapkan bisa bertambah pengetahuan dan merubah kebiasaan dengan membakar jerami paska panen untuk kurangi emisi gas rumah kaca," ungkap Suharjo.

Baca Juga: Kasus Penyakit Mulut dan Kuku di Purbalingga Masih Landai, Berikut Selengkapnya

Suharjo menambahkan bagaimana cara membuat pengembangan bakteri penambat N. Adapun bahan yang dibutuhkan berupa tetes tebu 1 liter, Nitrogen 2 sampai 3 kilogram, Air 100 sampai 150 liter, Nitrobacter 5 liter.

Cara pembuatannya adalah dengan menyiapkan tetes tebu 1 liter, Amonium atau Urea 2 sampai 3 kilogram, Air 100 sampai 150 liter, kemudian dicampurkan dan diaduk dengan berlawanan arah jarum jam serta tuangkan Nitrobacter 5 liter dan diamkan selama 5 sampai 7 hari selanjutnya pada hari 8 siap diaplikasikan.

Cara penggunaannya adalah 1 liter nitro bisa ditambahkan 3, 4, 5 sampai 10 liter air kemudian disiramkan ke lahan. Mulai dari persiapan lahan dengan rentang waktu 7 sampai 10 hari atau tergantung kondisi tanaman dan kesuburan tanah.

Baca Juga: Flash News! Sedang Menggali Sumur, Satu Pekerja Terjebak Longsor di Wanadadi Banjarnegara

"Diharapkan konsentasi dari Nitrobakter tidak terlalu pekat, karena apabila terlalu pekat bisa menyebabkan tanaman mati karena panas," ungkap Suharjo.

"Supaya biakan bakteri ini terus ada dan petani selalu mempunyai persediaan, hendaknya terus dikembangkan dengan menambahkan 250 ml molase atau tetes tebu dan 1/2 kilogram urea untuk 25 liter biakan," pungkasnya.***

Editor: Dimas D. Pradikta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah