Drs. Ahmad Khifni : Pandangan Islam Terhadap Alam Semesta

- 9 September 2023, 15:12 WIB
Drs. Ahmad Khifni : Pandangan Islam Terhadap Alam Semesta
Drs. Ahmad Khifni : Pandangan Islam Terhadap Alam Semesta /Teguh S/

BANJARNGEARAKU.COM - Pandangan Islam Terhadap Alam Semesta disampaikan oleh Drs. Ahmad Khifni dalam pengajian Jum'at sehat di masjid As Syifa Gombong.

Pandangan Islam terhadap dunia sangatlah lengkap, dimana alam semesta adalah milik Allah SWT yang diperuntukkan untuk kepentingan manusia. Manusia boleh memiliki alam ini, namun kepemilikannya bersifat sementara.

Tujuan Allah menciptakan alam semesta ini adalah untuk beribadah. Untuk mengolahnyapun harus dengan ikhtiar sehingga dapat dinikmati dengan benar. Tidak hanya itu pemanfaatannya harus diatur dengan syariat dan kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Berikut tujuh Pandangan Islam Terhadap Alam Semesta, yang disampaikan oleh KH. Drs. Ahmad Khifni.

Baca Juga: Dr. Tafsir, M.Ag : Lima Ciri Utama Islam Berkemajuan, Salah Satunya Berlandaskan Tauhid

1. Mutlak milik Allah (QS. Al Maidah 120)

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Alam semesta adalah milik Allah SWT, sebagai buktinya tidak ada satu kekuatan pun yang bisa mencegah terjadinya gempa bumi, kemarau panjang, gunung meletus dan bencana alam lain. Bencana itu dikehendaki oleh Allah SWT dan makhluk Allah tidak ada yang bisa mengelak dari bencana tersebut.

"Ya Allah, tidak ada yang dapat menghalangi apa yang telah Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau tolak, dan tidak dapat memberi manfaat orang yang punya kebesaran selain dari kebesaran-Mu."

2. Untuk kepentingan manusia (QS Luqman: 20)

Baca Juga: Buya Yahya: Pendidikan Islam itu Indah, tetapi Hanya Kerana Ini Hal – Hal yang Tidak Diinginkan Terjadi

"Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi."

Manusia diciptakan oleh Allah setelah alam semesta ini lengkap, sebab alam ini memang diperuntukkan untuk kepentingan manusia. Malaikat tidak membutuhkan air, lautan dan lain-lainnya. Semua di alam semesta ini ditundukkan oleh Allah untuk manusia.

3. Kepemilikan bersifat sementara (QS At Takatsur 1-2)

(1) Berbangga-bangga dalam memperbanyak (dunia) telah melalaikanmu. (2) sampai kamu masuk ke dalam kubur.

Manusia dipersilakan memiliki alam ini tetapi hanya bersifat sementara, karena setelah manusia meninggal akan diganti oleh manusia lain sebagai pemilik selanjutnya.

Baca Juga: Resepsi Pernikahan dalam Pandangan Islam, Berikut Penjelasan Selengkapnya

Dr. Zakiah Daradjat menyampaikan alasan mengapa manusia takut dengan alam kubur:
a. Takut berpisah dengan yang dicintai.
b. Merasa masih belum banyak bekalnya.
c. Merasa masih banyak dosanya
d. Takut tentang apa yang akan diperolehnya setelah mati (tanggung jawab terhadap dosa-dosanya).

Buya Hamka pun pernah ditanya: Apakah Buya takut mati? Jawab Buya Hamka: "Berani mati ya akan mati, tidak berani mati ya tetap akan mati juga, bukan kematian yang saya takutkan, yang saya khawatirkan adalah setelah kematian."

4. Sebagai alat beribadah (QS Al Qoshosh 77)

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat."

Jika yang dibangun hanya fisik semata-mata, tanpa membangun jiwa; maka yang dibangun akan merosot nilainya. Membangun itu harus seimbang yaitu duniawi dan ukhrawi.

5. Untuk diikhtiari dan dinikmati dengan benar (QS Al Qashash: 77).

"Dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia."

Jika orang kaya haruslah seorang pekerja keras, mestinya tukang kayu yang telah berpeluh keringat dan berpayah-payah bekerja yang menjadi kaya. Jika orang kaya haruslah orang yang cerdik pandai, semestinya para dosen di universitas dengan gelar yang panjang yang harusnya menjadi kaya. Namun masing-masing dari kita sudah ada takdirnya. Sudah Allah tentukan rezeki masing-masing hamba-Nya, tanpa ada yang tertukar sedikitpun.

Namun demikian kita tidak boleh bercita-cita menjadi orang miskin, karena: "Orang kaya yang banyak bersyukur, lebih baik dari pada orang miskin yang banyak bersabar."

Di masa Rasulullah sahabat yang miskin iri kepada sahabat kaya, ternyata bukan karena iri dengan harta, namun iri karena sahabat yang kaya mampu beribadah yang tidak dapat dilakukan oleh sahabat yang miskin.

6. Pemanfaatannya diatur dengan syariat (QS Al Baqarah: 3).

"... dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka."

Jika kita berbicara rezeki, sebagian besar dari kita akan berfikir tentang uang dan harta, padahal sehat itu juga rezeki. Bisa berkumpul dalam jamaah seiman itu pun termasuk rezeki. Apalagi diberikan kesehatan, ini merupakan rezeki yang tak ternilai harganya. Maka jangan lupa untuk berbagi rezeki kepada saudara-saudara kita, bukan hanya dengan berbagi harta saja. Berbagi doa kesembuhan untuk saudara kita itu pun termasuk sedekah yang luar biasa.

7. Dipertanggungjawabkan kepada Allah (QS At Takatsur: 8)

"Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)."

Rezeki akan dimintai pertanggungjawabannya, maka jadilah orang kaya yang dermawan.

Zakat itu membersihkan harta kita. Perumpamaan bagi orang yang tidak mau berzakat adalah seperti orang yang makan buah-buahan lengkap dengan kulitnya, misalnya makan durian lengkap dengan kulitnya. Yang terjadi, bukannya kita akan sehat tetapi akan menjadi sakit karena duri-durinya.

Demikian tujuh pandangan islam terhadap alam semesta, semoga dapat menambah khasanah keislaman kita.***

Editor: Dimas D. Pradikta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah