Mendalami Perspektif Puasa Ramadan Bersama Gus Baha

- 21 Maret 2024, 18:11 WIB
Gus Baha tentang Sholat Sunnah yang dikerjakan di rumah
Gus Baha tentang Sholat Sunnah yang dikerjakan di rumah /

BANAJARNEGARAKU.COM - KH. Ahmad Bahauddin Nur Salim, yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, merupakan seorang cendekiawan agama yang terkemuka dalam penafsiran Al-Qur'an dan juga pemimpin di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Rembang.

Belakangan ini, beliau menggelar sebuah sesi pengajian yang mengupas tentang esensi puasa di bulan Ramadan.

Dalam ceramahnya, Gus Baha menyoroti konsep fadhailul Ramadan atau keutamaan Ramadan menurut para ulama terdahulu.

Baca Juga: Prabowo-Gibran Menang Satu Putaran Pilpres 2024, Unggul di 36 Provinsi

Ia berpendapat bahwa dengan memahami perspektif ulama terdahulu terkait Ramadan, kita dapat menghayati ibadah puasa dengan lebih mendalam.

Salah satu aspek keutamaan puasa yang disoroti oleh Gus Baha adalah sensitivitas terhadap kelaparan.

Puasa membantu kita untuk lebih empati terhadap penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang kurang mampu dan kekurangan pangan.

Selain itu, puasa juga mengajarkan kita untuk menghargai makanan secara lebih mendalam. Saat berpuasa, makanan yang biasanya dianggap sepele menjadi begitu berharga, bahkan hal-hal sekecil pisang goreng atau sekadar air putih.

Baca Juga: 47 Pejabat Eselon II dan III Resmi Dilantik, Bupati: Kepala OPD Harus Aktif Cari Dukungan dari Pusat

Gus Baha juga mengungkapkan bahwa Rasulullah SAW memuji Ramadan atas hal-hal yang sederhana dan biasa.

Dalam haditsnya, disebutkan bahwa orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, yaitu kebahagiaan ketika berbuka atau merayakan hari raya, serta kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya.

Dalam pengajarannya, Gus Baha menekankan bahwa Nabi Muhammad SAW telah menggambarkan betapa pentingnya kebutuhan dasar manusia akan makanan.

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ

Lis shaim farhatani. Farhatun ‘inda fithrihi wa farhatun ‘inda liqa i rabbihi

Kegembiraan yang dirasakan ketika berbuka atau merayakan hari raya, meskipun tanpa kekayaan atau kemewahan, menegaskan betapa berharga setiap hidangan yang kita konsumsi.

Baca Juga: Mudik Gratis Polri Presisi 2024 Provinsi Jawa Tengah, Ini Daftar Rute Tujuan, Masuk Kota atau Kabupaten?

Ini adalah pelajaran yang mendalam tentang rasa syukur yang tak terhingga atas nikmat makanan yang diberikan oleh Allah SWT.

Melalui  pemahaman dan refleksi yang mendalam atas ajaran-ajaran Ramadan yang disampaikan oleh Gus Baha, kita diingatkan akan esensi sejati dari ibadah puasa.

Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang mengajarkan kita untuk lebih menghargai nikmat-nikmat kehidupan, memperkuat empati terhadap sesama, serta menumbuhkan rasa syukur yang mendalam kepada Allah SWT.

Semoga kita dapat mengimplementasikan nilai-nilai luhur ini dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya di bulan Ramadan, tetapi juga sepanjang tahun.***

Editor: Taufik Hidayat PP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah