Dari rutinitas tersebut, Dadang Supriatna mulai terbiasa mengatur waktu dengan skema mulai pukul 05.00 Ia membantu orang tuanya di usaha bata merah. Selanjutnya, pada pukul 07.00 Ia membantu sang kakak yang menjalani usaha kontraktor.
"Saya membantu kakak saya. Karena kakak seorang kontraktor, jadi saya juga ikut membantu kondisi di lokasi proyek. Disamping itu, saya juga keliling perusahaan menawarkan suplay bata merah untuk kebutuhan proyek," ungkap Bupati Bandung.
Usai dari proyek, pada pukul 12.00, Dadang Supriatna berangkat sekolah dan balik dari sekolah pada pukul 19.00 lalu tidur pada pukul 01.00.
Alhasil, dari kegiatan yang dilakukan, Dadang Supriatna mendapatkan penghasilan Rp500 ribu per minggu.
Penghasilan tersebut dibagi, Rp150 ribu diberikan kepada ibunya dan Rp350 ribu untuk dirinya.
Diakumulasi dalam sebulan, penghasilan yang diperoleh dari rutinitasnya sebanyak Rp2 juta.
Hanya saja, risiko dari rutinitasnya itu, Dadang hanya bisa tidur selama empat jam setiap harinya.
Usai lulus STM, Dadang Supriatna memutuskan untuk tidak lanjut ke perguruan tinggi, dan memilih melanjutkan usahanya.