Kitab Ta'lim Muta'allim, Utamakan Adab Dulu Baru Ilmu

- 19 September 2023, 17:00 WIB
Ilustrasi foto Kitab Ta'alim Muta'allim
Ilustrasi foto Kitab Ta'alim Muta'allim /wahyu fajar || Pikiran Rakyat.com/

فلما رأيت كثيرا من طلاب العلم فى زماننا يجدون إلى العلم ولايصلون ومن منافعه وثمراته ـ وهى العمل به والنشر ـ يحرمون لما أنهم أخطأوا طريقه وتركوا شرائطه، وكل من أخطأ الطريق ضل، ولاينال المقصود قل أو جل، فأردت وأحببت أن أبين لهم طريق التعلم على ما رأيت فى الكتب وسمعت من أساتيذى أولى العلم والحكم  

"Tatkala aku melihat banyak dari para penuntut ilmu pada masa kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, namun tidak dapat mencapai hasilnya. Di antara manfaat dan buah ilmu adalah mengamalkan ilmu dan menyebarkannya. Mereka terhalang (dari ilmu) sebab kesalahan dalam metode mencari ilmu, dan mereka meninggalkan syarat-syaratnya. Sedangkan setiap orang yang salah jalan maka akan tersesat, dan tidak mendapat sesuatu yang ia inginkan sedikit ataupun banyak. Maka aku ingin menjelaskan kepada mereka tata cara belajar berdasarkan yang telah aku lihat dan dengar dari guru-guruku yang memiliki ilmu dan hikmah". (Imam al-Zarnûji, Ta’lîm al-Muta’allim Tharîq at-Ta’allum, halaman 57)

Karya termasyhur al-Zarnuji adalah Ta’lim al-Muta’allim Tariq al-Ta’allum, sebuah kitab yang bisa dinikmati dan dijadikan rujukan hingga sekarang. Seorang orientalis M Plessner mengatakan bahwa kitab Ta’lim al-Muta’allim adalah salah satu karya al-Zarnuji yang masih tersisa. Plessner menduga kuat bahwa al-Zarnuji memiliki karya lain, tetapi banyak hilang, karena serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan terhadap kota Baghdad pada tahun 1258 M.

Lebih lanjut lagi, berbicara mengenai adab lebih mulia daripada ilmu. Maka kita mengacu pada arti sebenarnya adab berarti kesopanan, keramahan budi pekerti menempatkan sesuai dengan tempatnya, jamuan dan lain-lain. Maka, adab dengan artian sebagai jamuan. Dalam hadits menyebutkan, sesungguhnya kitab suci Al-Qur'an ini adalah jamuan (Ma’dabah) Allah SWT di bumi, belajarlah dengan sepenuhnya dari jamuan-Nya. (HR Ibn Mas’ud). 

Baca Juga: Wow! Pintu Rezeki Langit dan Bumi Akan Terbuka Lebar di  Malam Hari, Ustdaz Adi Hidayat: Amalkan Doa Ini!

Sayyid Muhammad al-Naquib bin Ali bin Abdullah bin Muhsin al-Attas adalah seorang cendekiawan dan filsuf muslim saat ini tinggal di Malaysia, menambahkan bahwa adab itu lebih mulia dan terhormat dari sebagaimana orang menjamu tamu. Tentu maksud dari keterangan tersebut adalah adab merupakan pelaksanaan nilai-nilai yang benar dengan perbuatan yang tepat. Orang yang memegang nilai-nilai yang baik (etika), maka perbuatannya akan baik, dan bisa disebut beradab. (dikutip dari buku Azas-Azas Pendidikan Islam karya Abdul Fattah Jalal).

Pentingnya adab dari ilmu juga diterangkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Nabi bersabda:

إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرَ الْغَالِي فِيْهِ وَالْجَافِي عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ

"Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah adalah menghormati seorang muslim yang beruban (sudah tua), pembawa Al-Qur'an yang tidak berlebih-lebihan padanya (dengan melampaui batas) dan tidak menjauh (dari mengamalkan) Al-Qur'an tersebut, serta memuliakan penguasa yang adil." (HR Abu Dawud).

Hadits di atas menerangkan bahwa begitu pentinya adab jadi semoga kita semua walaupun ilmu kita mempunyai ilmu yang mumpuni namun tetap menomorsatukan adab, jangan kemudian menganggap orang yang lebih rendah ilmunya dari kita, itu orang yang bodoh dan jangan pula selalu menonjolkan sifat sombong di hadapan orang lain. Sebaiknya merendahkan dan merasa dirinya biasa-biasa saja. 

Halaman:

Editor: Ali A

Sumber: islam.nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x