BANJARNEGARAKU.COM - Gibran salah menyebut asam folat menjadi asam sulfat dalam konteks gizi ibu hamil. Dua zat kimia tersebut mempunyai peruntukkan yang sangat berbeda dalam konteks pencegahan stunting. Kesalahan mengonsumsi asam sulfat bisa beresiko pindah alam atau kematian.
Pada masa kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden, Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, mendadak menjadi viral di media sosial. Viralitas ini bukan disebabkan oleh pencapaian positif atau visi misinya, tetapi oleh kesalahan yang dibuatnya dalam menyebutkan asam sulfat dalam konteks gizi ibu hamil.
Gibran, yang merupakan Wali Kota Solo, seharusnya membahas asam folat, bukan asam sulfat, ketika berbicara tentang pentingnya nutrisi bagi ibu hamil. Asam folat merupakan salah satu jenis vitamin B kompleks yang memiliki peran krusial dalam mencegah cacat tabung saraf pada bayi, yang dapat menyebabkan kelainan serius pada otak dan sumsum tulang belakang.
Apa Itu Asam Folat dan Asam Sulfat
Asam folat, yang dapat ditemukan dalam suplemen khusus dan makanan bergizi, memiliki dampak positif dalam mencegah kelahiran prematur. Suplemen asam folat telah terbukti efektif dalam menurunkan risiko kelahiran prematur, sehingga pengetahuan yang akurat mengenai nutrisi ibu hamil sangatlah penting.
Asam sulfat (H2SO4), yang disebutkan oleh Gibran, sebenarnya merupakan cairan yang bersifat korosif, tidak berwarna, tidak berbau, sangat reaktif, dan mampu melarutkan berbagai logam. Bahan kimia ini tidak memiliki kaitan langsung dengan kesehatan ibu hamil atau gizi.
Meskipun kesalahan tersebut memicu perdebatan di kalangan masyarakat, Gibran kemudian mengoreksi kesalahannya satu hari setelahnya. Pada satu program yang diusungnya, putra Presiden RI Jokowi itu memperbaiki informasi yang sebelumnya disampaikannya dan membahas isu pengentasan stunting.
Pentingnya Wawasan Calon Pemimpin
Kesalahan dalam menyebutkan asam sulfat oleh Gibran menyoroti pentingnya pemahaman yang mendalam terkait informasi kesehatan, terutama dalam konteks kampanye politik. Perlu adanya kewaspadaan dan kehati-hatian dalam menyampaikan informasi, terutama ketika menangani isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat.