"Di Suriname juga ada wayang, dalang nya kakek saya saat ini sudah meninggal, Kuda Kepang juga ada, ya hampir sama dengan yang ada di Jawa, bahkan untuk penyebutan benda juga sama," tambahnya.
Penjelasan Kades Pagak mengenai warga Suriname (saat ini tinggal di Belanda) datang di wilayahnya
Masih dilokasi yang sama, Kepala Desa Pagak Sudarwo SH, mengungkapkan rasa syukurnya atas kedatangan keturunan warga Pagak yang lahir di Suriname, saat ini tinggal di Belanda, serta bisa bertemu dengan keluarganya.
"Pertama datang ke Balai Desa Pagak, Toemidjan memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan maksud dan tujuannya, memberikan dokumen dari hasil peneluran database warga Jawa yang berangkat ke Suriname yang salah satu adalah Kakeknya bernama Wangsakrama, setelah kita lakukan observasi bersama sesepuh desa, akhirnya ketemu runtutan silsilah orang tua dari Mbah Wangsakrama yang merupakan satu canggah dengan Mbah Soderi Sapan (Kunci Makam Depok) warga Desa Pagak, kemudian kita pertemukan dan dilakukan komunikasi penyamaan silsilah keluarga, yang menyatakan benar bahwa keduanya merupakan keluarga (pernah sanak atau sepupuan) masih satu canggah," jelas Sudarwo Kades Pagak.
Sambutan dari Soderi Sapan atas kedatanga warga Suriname (saat ini tinggal di Belanda) yang juga keluarganya
Setelah meruntut silsilah dan mengetahui bahwa warga Suriname (Toemidjan dan Lucia Aminah Soetowihardjo) yang datang ke Desa Pagak itu adalah keluarganya, Soderi langsung mengajaknya untuk beristirahat di rumahnya sembari melanjutkan obrolannya.
Soderi Sapan juga menawarkan tempatnya ketika Toemidjan dan Lucia Aminah Soetowihardjo akan berkunjung kembali ke Indonesia.
"Kalau datang kesini, kerumah sini saja, jangan kemana-mana, kita ini kan saudara, rumah di Pagak ya disini," ungkapnya.
Sembari menikmati pisang dan jajanan khas Desa Pagak lainnya, suanasa canda tawa semakin kental dan semakin akrab.
Baca Juga: Hari Pasaran Jawa, Weton atau Neptu, Ini Kata Suhu Padepokan Carang Seket