"Sedangkan jangka panjangnya adalah mengatasi dari sumbernya,"ia menambahkan.
" ini usaha jangka pendek, kalau sudah tidak kerja lagi TMC dan dalam kondisi musim kering, ya akan muncul lagi polusinya, ini balap-balapan,"Ujarnya.
Baca Juga: Kapan KTT ASEAN 2023 di Jakarta? Begini Agenda dan Lokasinya
Tim modifikasi cuaca memanfaatkan potensi hujan dari awan yang sudah ada. "TMC ini kalau main bola diibaratkan striker, sejago jagonya striker kalau tidak dapat suplay bola jika tidak akan mencetak gol. Kami ini standby terus, begitu ada suplay ya kita bikin gol, kira-kiranya begitu, suplaynya potensi hujan," kata Budi Harsoyo dari BRIN.
"Andaikata itu tidak semai, mungkin akan tetap terjadi hujan, tapi intensitasnya tidak sebesar itu, dan areanya pun tidak seluas itu," ia menambahkan.
Berarti itu tidak bisa dilaksanakan secara terus menerus,"Setelah masuk bulan September itu puncak kekeringan tertinggi di tahun ini, jadi yang kejadian kekeringan tahun kemarin, itu baru pendahuluan belum klimaksnya. Klimaksnya itu di bulan September," ujarnya.
Baca Juga: Daftar Calon Sementara DPRD Kabupaten Banjarnegara 2024, Cara Cek dan Linknya
Sementara itu, Tim TMC akan berusaha siap siaga sampai tanggal 2 September 2023, untuk memanfaatkan potensi hujan. Sedangkan Budi Harsoyo menyatakan,
"Mereka akan berusaha supaya ada beberapa kali hujan sebelum dimulainya rangkaian kegiatan KTT ASEAN di Jakarta pada awal September mendatang," "Ujarnya.
Pada prinsipnya, karena keterbatasan TMC, Pemprov DKI Jakarta akan mencoba menggunakan teknologi lain. Salah satu caranya menggunakan mist generator atau generator kabut dengan menyemprotkan air dari atas gedung.