BANJARNEGARAKU.COM - Pada Kamis, 2 November 2023, sebanyak 24 anggota Pramuka penggalang dari SD Negeri 3 Pasinggangan, Banyumas, melakukan kunjungan ke "oemah batik" dan "oemah gamelan". Kegiatan ini merupakan upaya untuk memperkenalkan lebih dalam tentang dua unsur penting dalam kebudayaan Indonesia, yaitu batik dan gamelan.
Pembina Pramuka penggalang, Atun Flurrianti, menjelaskan bahwa kegiatan ini sangat sesuai dengan semangat kurikulum merdeka yang menitikberatkan pada kearifan lokal, di mana peserta didik didorong untuk mengenal lebih dekat budaya-budaya lokal.
Rombongan penggalang pertama-tama berkunjung ke oemah batik, tempat mereka disambut dengan hangat oleh Rusmiyati, Suprijatni Dwi Astuti, dan Sudarningsih sebagai pengelola oemah batik. Rusmiyati, selaku ketua, memberikan penjelasan mengenai berbagai tahapan dalam proses pembatikan.
"Langkah pertama adalah membuat pola di atas kertas, kemudian pola tersebut dipindahkan ke kain mori yang akan digunakan untuk membatik. Tahap berikutnya adalah nglowongi atau ngandangi, di mana pola tersebut ditutupi dengan lilin atau malam. Setelah itu dilakukan proses pewarnaan, dan tahap terakhir adalah pelorodan, yaitu proses memisahkan malam dari kain dengan cara merebusnya dengan air mendidih," jelas Rusmiyati.
Setelah mendapatkan penjelasan, para anggota Pramuka penggalang mulai melakukan praktek pembatikan dengan penuh antusiasme.
Selanjutnya, rombongan berkunjung ke oemah gamelan. Di sana, mereka diperkenalkan dengan nama-nama alat musik gamelan. Kemudian, secara bersama-sama, mereka memainkan alat-alat musik gamelan tersebut.
Panca Aji Pamungkas, salah satu pengelola oemah gamelan, memberikan pesan kepada anggota Pramuka penggalang untuk terus semangat dalam memelihara dan mengembangkan musik tradisional.
"Selain gamelan, jangan lupakan juga permainan tradisional seperti egrang, gobak sodor, bentengan, dan masih banyak lagi," tambahnya.
Dengan kegiatan yang dilakukan ini, diharapkan para anggota Pramuka akan semakin mencintai dan menghargai kekayaan budaya Indonesia. Upaya untuk memperkenalkan budaya-budaya lokal ini diharapkan dapat menjadi pondasi kuat dalam melestarikan warisan nenek moyang bagi generasi-generasi mendatang.***