Prof Ahmad Rofiq: Ramadhan Perbanyak Baca Allahumma Innaka ‘Afuwwun ...

- 23 Maret 2023, 13:02 WIB
Prof Ahmad Rofiq
Prof Ahmad Rofiq /Ali A/

Oleh: Ahmad Rofiq*)

BANJARNEGARAKU - Selagi kita masih berada di awal bulan Ramadhan, untuk mengembalikan fungsi indra dan hati kita secara benar, mari kita buka hati, fikiran, serta seluruh indra kita, untuk menjadikan bulan Ramadhan yang berlimpah keberkahan, kasih sayang, pahala dilipatgandakan, dan setan dibelenggu, pintu neraka dikunci.

Semua itu untuk membersihkan segala macam noda, dosa, dan karat yang selama sebelas bulan menutupi diri kita, pandangan, penglihatan, dan kesadaran kita, agar kembali bersih, dengan menjalankan ibadah puasa, shalat maktubat yang tertib dan berjamaah, shalat tarawih, infaq-sedekah, dan zakat (fitrah dan mal), meskipun hanya dengan seteguk air atau sebiji kurma.

Allah ‘azza wa jalla berjanji mengampuni semua dosa kita, dan kita akan kembali kepada kesucian (fitrah).

Perbanyak lafadzkan kalimat ini: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbu l-‘afwa fa’fu ‘annâ. Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemaaf, mencintai memberi maaf, karena itu maafkanlah (dosa-dosa dan kesalahan) kami”.

Baca Juga: Ada Kelas Khusus Daihatsu, Yamaha, Daikin, Dll, Prof Ahmad Rofiq: SMK NU Ma’arif Kudus Siap Go International

Imam Al-Ghazali dalam kitab Mukâsyafatu l-Qulûb (h. 744) mengutip Al-Baghawi mengatakan, bahwa “yang sahih Ramadhan adalah nama bulan yang berasal dari kata ramdha’, artinya batu yang dipanaskan. Karena mereka berpuasa di bulan yang sangat panas. Ada yang mengatakan, “bulan itu dinamakan Ramadhan, karena ia dimaksudkan untuk membakar dosa-dosa” (Ibid.).

Rasulullah saw menegaskan: “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, dengan keimanan dan muhasabah (introspeksi diri), maka diampuni dosa-dosanya yang lalu” (Riwayat Al-Bukhari (38) dan Muslim (760).

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah saw bersabda: “Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, Ramadhan ke Ramadhan, adalah untuk melebur dosa yang terjadi di antara keduanya apabila menjauhi dosa besar” (Muslim (233). Sabda Rasulullah saw: “Ujian/cobaan seseorang pada keluarganya, hartanya, dan tetangganya, dilebur oleh shalat, puasa, dan sedekahnya” (Riwayat Al-Bukhari (525) dan Muslim (144).

Bersyukur dan berbahagialah kita, karena sebagai umat yang dari jarak geografis yang penerbangan saja setidaknya membutuhkan waktu 10 jam di tambah perjalanan darat beberapa jam, dan rentang waktu hampis 1,5 abad dari masa hidup Rasulullah saw, Allah ‘Azza wa Jalla mengaruniai hidayah dan iman.

Baca Juga: Menguak Kualitas Diri dengan Puasa

Betapa kita harus dan wajib bersyukur, karena tidak sedikit orang-orang yang hidup sezaman dengan Rasulullah Muhammad saw, tidak mendapatkan hidayah iman dan Islam.

Hamba-hamba Allah yang disapa untuk menjalankan ibadah puasa, hanyalah khusus yang beriman.

Artinya iman ini merupakan prasyarat kitab oleh menjalankan puasa Ramadhan.

Puasa Ramadhan diwajibkan pada tahun ke-2 hijriyah, tepatnya di bulan Sya’ban.

Ibadah puasa yang dalam Bahasa Arab disebut shaum bentuk jamaknya shiyam, secara bahasa disebut imsak artinya menahan diri.

Dalam pengertian syara’ atau istilah, puasa adalah “menahan makan, minum, hubungan suami isteri dan hal-hal lain yang membatalkan puasa (al-mufthirat/al-mufaththirat) dari terbit fajar shadiq hingga terbenam matahari dengan niyat tertentu”.

Pertanyannya adalah, apakah kita ada yang merasa tidak punya dosa selama sebelas bulan?

Tentu yang bisa menjawab adalah diri kita masing-masing.

Baca Juga: Donor Darah Apakah Membatalkan Puasa, Cek Faktanya dan Berikut Penjelasan Dokter PMI Banjarnegara

Di sinilah perlunya sifat dan sikap rendah hati, tawadlu’, dan jujur pada diri kita sendiri.

Inilah yang disebut ihtisâbân atau muhasabah atau introspeksi diri.

Boleh jadi, kita sebagai manusia biasanya agak sulit, atau tidak mudah, menghindari tutur kata, sikap, dan perilaku yang khilaf dan salah di hadapan orang lain.

 

 Baca Juga: Ada 5 Keistimewaan Surat Al Baqoroh, Cek Nomor 3 Sering Dibaca...

Karena itu, Rasulullah saw mengingatkan: “Kullu banî Adama khaththâûn wa khairu l-khaththâîn at-tawwâbûn” artinya: “Setiap anak-anak keturunan Nabi Adam sering berbuat keliru, dan sebaik-baik mereka yang sering berbuat keliru, adalah orang-orang yang bertaubat” (Riwayat At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi dan Ahmad).

Imam Al-Ghazali juga mengutip Riwayat dari Salman Al-Farisi, bahwa Rasulullah saw berpidato pada hari terakhir bulan Sya’ban:
“Wahai saudara-saudaraku semua, kalian telah dinaungi bulan yang agung, di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan.

Allah menjadikan puasa sebagai kewajiban dan shalat malamnya sunnah.

Barangsiapa mendekatkan diri di dalamnya dengan perbuatan baik, maka ia seperti menunaikan kewajiban di bulan lainnya.

Dan siapa yang menunaikan kewajiban, ia pun laksana menunaikan 70 kewajiban di bulan lainnya.

Ramadhan adalah bulan kesabaran, bulan pertolongan, di mana rezeki orang yang beriman ditambah.

Baca Juga: 11 Wakil Indonesia akan Bertanding di Swiss Open Hari Ini, Cek Jadwal Lengkapnya di Sini!

Barangsiapa memberi makan orang yang puasa di bulan Ramadhan, maka ia seperti membebaskan seorang budak dan diampuni dosanya.
Selain itu, juga dapat pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa” (h. 745).

Mengembalikan Fungsi Indra dan Hati

Dosa ibarat kotoran dan residu yang jika tidak dibersihkan, seperti karat yang menutupi wajah dan tubuh kita.

Makin banyak dosa yang terjadi dan karat menutupi diri kita, maka tanpa kita sadari, dosa tersebut akan menutup ketajaman mata dalam memandang kebenaran.

Jadinya, keburukan dan kemaksiyatan berbalik menjadi tampak benar dan indah.

Baca Juga: Gebyar Ramadhan di MAJT Gelar Berbagai Kegiatan Islami , Catat Jadwal Selengkapnya

Baca Juga: Panen Karya P5, SMP 3 Purwareja Klampok Banjarnegara Pamerkan Kreasi Siswa

Telinga kita tidak lagi peka dalam mendengar suara kebenaran dan keindahan, yang terjadi justru sebaliknya, telinga merasa nyaman terhadap ajakan suara kemaksiyatan.

Demikian juga kaki dan tangan, merasa berat untuk melangkah ka masjid atau mushalla atau majlis ilmu dan dzikir, akan tetapi merasa ketagihan untuk melangkah dan melakukan hal-hal yang maksiyat dan dosa serta melanggar larangan Allah. Na’udzu billah.

Maka perbanyak lafadzkan kalimat ini: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbu l-‘afwa fa’fu ‘annâ. Ya Allah sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemaaf, mencintai memberi maaf, karena itu maafkanlah (dosa-dosa dan kesalahan) kami”. Allah a’lam bi sh-shawab.   


*) Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA., Direktur LPH-LPPOM-MUI Jawa Tengah, Ketua Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (PW-DMI) Jawa Tengah (2022-2027), Guru Besar UIN Walisongo Semarang, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam-Sultan Agung (RSI-SA) Semarang, Koordinator Wilayah Indonesia Tengah PP Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), dan Ketua DPS BPRS Kedung Arto Semarang.***

Editor: Ali A

Sumber: Prof Ahmad Rofiq


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x