Network
Pemegang otoritas politik selalau dikaitkan dengan pemangku kekuasaan yang dimiliki oleh pihak resmi dalam pemerintahan, seperti presiden, bupati, atau gubernur.
Akan tetapi pemegang otoritas politik haruslah orang – orang yang mengerti serta memahami akan perintah agama, karena menurut Gus Baha yang punya otoritas itu orang yang suka maskiat tentu nanti ada perda – perda yang menguntungkan tempat maksiat
“Karena kalau misalnya yang punya otoritas itu orang yang suka maskiat tentu nanti ada perda – perda yang menguntungkan tempat maksiat,” paparnya
Baca Juga: Gus Baha Beberkan Kunci Selamat dari Siksa Kubur, Oo Ternyata Hanya dengan Surat Ini!
Otoritas politik juga dapat dimiliki oleh kelompok masyarakat atau individu yang memiliki pengaruh dalam kehidupan politik dan sosial masyarakat.
“Kalau Anda sebagai masyarakat tidak mau jabat itu nggak mau dosa atau nggak mau tanggung jawab atas keberlangusngan negara ini, sampean pilih mana? Maka menurut saya ini barokah jadi yang njabat ya anggap saja Islami karena ingin pegang otoritas, yang nggak jabat ya Islami anggap saja menghindari subkhat,” pungkas Gus baha
Politik memang sering dikaitkan dengan periode kampanye yang kotor dan agenda-agenda tersembunyi para politisi. Namun, kita tak bisa menyangkal bahwa politik juga memiliki otoritas yang kuat dalam masyarakat. Melalui fungsi politiknya, politik dapat memberikan stabilitas, keamanan, serta mengatasi permasalahan sosial dalam masyarakat.
Partisipasi politik dari masyarakat pun menjadi kunci penting dalam memberikan pengaruh pada keputusan politik. Dalam sebuah negara demokratis, partisipasi politik dari warga negara dapat memperkuat representasi dan akuntabilitas dalam pemerintahan, dan memastikan bahwa kebijakan publik yang dibentuk sesuai dengan kepentingan masyarakat.
