Dalam haditsnya, disebutkan bahwa orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, yaitu kebahagiaan ketika berbuka atau merayakan hari raya, serta kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya.
Dalam pengajarannya, Gus Baha menekankan bahwa Nabi Muhammad SAW telah menggambarkan betapa pentingnya kebutuhan dasar manusia akan makanan.
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Lis shaim farhatani. Farhatun ‘inda fithrihi wa farhatun ‘inda liqa i rabbihi
Kegembiraan yang dirasakan ketika berbuka atau merayakan hari raya, meskipun tanpa kekayaan atau kemewahan, menegaskan betapa berharga setiap hidangan yang kita konsumsi.
Ini adalah pelajaran yang mendalam tentang rasa syukur yang tak terhingga atas nikmat makanan yang diberikan oleh Allah SWT.
Melalui pemahaman dan refleksi yang mendalam atas ajaran-ajaran Ramadan yang disampaikan oleh Gus Baha, kita diingatkan akan esensi sejati dari ibadah puasa.
Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang mengajarkan kita untuk lebih menghargai nikmat-nikmat kehidupan, memperkuat empati terhadap sesama, serta menumbuhkan rasa syukur yang mendalam kepada Allah SWT.
Semoga kita dapat mengimplementasikan nilai-nilai luhur ini dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya di bulan Ramadan, tetapi juga sepanjang tahun.***