Nikah Dibawah Umur Bisa Sebabkan Stunting, Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo Beri Penjelasan Selengkapnya

- 19 Juli 2022, 14:25 WIB
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Klarifikasi Terkait Potensi Stunting Dalam Pernikahan Muda/Tangkapan layar youtube @pikiranrakyat
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Klarifikasi Terkait Potensi Stunting Dalam Pernikahan Muda/Tangkapan layar youtube @pikiranrakyat /Rendi Wirma Salas/Subangtalk

BANJARNEGARAKU.COM - Nikah dibawah umur bisa sebabkan stunting, pada artikel ini Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo akan berikan penjelasan selengkapnya.

Pernikahan di bawah umur memang masih banyak ditemukan Indonesia, Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo dalam acara KLARIFIKASI bersama Forum Pimred PRMN menyampaikan, pernikahan di bawah umur ini ternyata bisa menyebabkan banyak hal.

dr Hasto Wardoyo menyebutkan, salah satu hal yang muncul akibat adanya pernikahan di bawah umur adalah munculnya stunting.

Baca Juga: Stunting di Indonesia, Kepala BKKBN Ungkap Selain Makanan, Faktor Lingkungan Juga Sangat Berpengaruh!

Hasto menyampaikan, anak-anak yang belum cukup umur kemudian menikah sejatinya masih dalam masa pertumbuhan.

Namun saat mereka melakukan pernikahan kemudian hamil, maka mereka harus menumbuhkan anak yang dikandung mereka.

"Kontribusi dari kawin usia muda itu karena mereka itu sebenarnya masih tumbuh kemudian harus menumbuhkan orang lain dalam hal ini (anak yang dikandung)," jelasnya dalam acara KLARIFIKASI bersama Forum Pimred PRMN.

Baca Juga: Tiga Bentuk Alat Pembatasan Kecepatan Kendaraan Atau Polisi Tidur, Salah Satunya Speed Bump

Kata dia, saat seorang anak perempuan dalam usia pertumbuhan dan kemudian mengandung, maka kalsium dan gizi lainnya yang seharusnya untuk tumbuh kembang dirinya turut diserap oleh anak dalam kandungannya.

Hal inilah yang menyebabkan proses penyerapan gizi pada anak yang dikandung menjadi tidak maksimal.

"Sehingga akhirnya ibu ini jadi terhambat sendiri. Orang yang masih tumbuh harus menumbuhkan orang lain," katanya.

Baca Juga: Breaking News! Empat Rumah Warga Kepakisan Banjarnegara Dilalap si Jago Merah

Hal inilah, kata Hasto yang dapat menyebabkan adanya stunting pada anak karena proses penyerapan gizi menjadi tidak maksimal selama dalam kandungan

"Stunting itu bisa terjadi pada kawin di usia muda," paparnya.

Baca Juga: Bersiaplah! Dieng Culture Festival 2022 Siap Digelar, Catat Tanggalnya dan Berikut Rangkaian Acaranya

dr Hasto Wardoyo Kepala BKKBN menyebutkan, indeks angka stunting di Indonesia per Mei 2022 berada di angka 24,4 persen, masih di atas angka standar yang ditetapkan WHO yakni di bawah 20 persen.

Selain faktor pernikahan dini, juga dari sumber makanan dan faktor lingkungan, dapat berpengaruh dan menjadi faktor penyebab stunting di Indonesia.

Meski sumber pangan sangat melimpah di Indonesia, faktor lain seperti lingkungan menjadi penyebab tingginya angka stunting.

Baca Juga: Viral! Lima Belas Tahun Menikah, Suami Istri Punya Tabungan 1 Triliun Lebih

Dia menggarisbawahi faktor lingkungan yang masih belum cukup baik di Indonesia termasuk kondisi rumah hingga sanitasi.

Konsumsi air bersih juga menjadi faktor yang sangat penting.

“Kita punya lingkungan yang belum 100 persen bagus,” ujar Hasto.

Baca Juga: Dinkes Purbalingga Targetkan ODF Bulan November 2022 Mendatang, Selengkapnya Berikut Ini

“Sebagai contoh rumah yang kumuh, berdesak-desakan, kurang ventilasi, sehingga TBC-nya bisa tinggi. Anak yang terkena TBC, meski pun makanan melimpah, tetapi mudah batuk, pilek, nafsu makan kurang, berat badan nggak naik-naik,” jelasnya.

Sanitasi dan kebersihan juga penting, dan jika tidak terjaga maka kotoran atau bakteri bisa dibawa oleh lalat yang menghinggap ke makanan.

Dari situ, kemungkinan tingkat diare menjadi lebih tinggi sehingga menyebabkan stunting pada anak-anak.

Baca Juga: Waspada Efek Berantai Stunting, Salah Satu Penyebab Perlambatan Ekonomi, Simak Selengkapnya

“Kalau diare, mau naik berat badannya nggak jadi, akhirnya stunting,” katanya.

Di beberapa daerah tertentu, kata Hasto, masih ditemui lingkungan yang bahkan tingkat kebersihannya masih di bawah 50 persen.

Jadi, indeks angka stunting di Indonesia yang masih tinggi bukan hanya karena faktor makanan, tetapi juga lingkungan.

“Lingkungan sangat berpengaruh,” tegasnya.

Baca Juga: Mengapa Masih Terjadi Hujan di Musim Kemarau, Berikut Penjelasan BMKG

Dalam mencegah stunting, BKKBN melakukan berbagai updaya termasuk dalam memberikan edukasi pada generasi muda.

BKKBN membentuk duta seperti ‘ayah generasi berenca’ dan lainnya untuk kemudian melakukan sosialisasi.

Itulah penjelasan Kepala BKKBN mengenai faktor penyebab stunting di Indonesia yang masih tinggi dalam KLARIFIKASI bersama Forum Pimred pada 18 Juli 2022.***

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: Klarifikasi PRMN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x