Pelaksanaannya bertepatan dengan Hari Kamis Manis atau Legi, yang merupakan hari pasaran dalam istilah masyarakat Suku Jawa.
"Sehubungan panen padi musim tanam kemarin bertepatan dengan bulan ramadhan atau puasa, sehingga kegiatan belum bisa langsung dilaksanakan. Namun, setelah bermusyawarah dengan warga, akhirnya tradisi gethekan dilakukan paska lebaran, " katanya.
Warga Gumelem mengungkapkan syukur karena telah diberikan kenikmatan berupa hasil panen dengan mewujudkannya dalam bentuk tradisi Gethekan.
"Membersihkan dan mendoakan para leluhur tidak hanya sebatas pada bulan puasa saja, namun juga dilakukan pada bulan-bulan lainnya. Dilanjutkan dengan menyiapkan hidangan makanan untuk disedekahkan sebagai ungkapan syukur. Apalagi ungkapan untuk selalu bersyukur atas nikmat rejeki ini pun ditekankan pada tuntutan agama maupun hadist nabi, " urainya.
Baca Juga: Keatif! Petani Purbalingga Kembangkan Lidah Buaya Jadi Olahan Makanan yang Menguntungkan
Pihaknya berharap agar tradisi Gehetekan bisa bertahan dan dilestarikan oleh para generasi muda.
"Ini sebagai bentuk upaya untuk nguri-uri budaya yang telah berkembang sejak dahulu," harapnya.
Hal senada diungkapkan Ki Agung W, Tokoh Adat yang juga menjabat Kasi Kesejahteraan Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan.
Bahwa tradisi Gethekan yang dilakukan oleh Warga Gumelem sebanyak dua kali pada setiap tahunnya tersebut,