Sejarah Penamaan Desa Sijenggung Banjarmengu Banjarnegara, Jejak Bunyi Gung dari Sebuah Gong

- 23 November 2023, 14:43 WIB
Ilustrasi Gong untuk sejarah penamaan Desa Sijenggung
Ilustrasi Gong untuk sejarah penamaan Desa Sijenggung /hans/pixbay/

BANJARNEGARAKU.COM - Desa Sijenggung yang terletak di Kecamatan Banjarmengu Kabupaten Banjarnegara, ternyata memiliki kisah bersejarah yang unik. Cerita ini berasal dari penuturan sesepuh desa yang menyampaikan asal-usul terbentuknya Desa Sijenggung yaitu berasal dari bunyi gung sebuah gong.

Dikisahkan terdapat dua orang pengembara dari Abdi dalem Pemanahan, yang merupakan cucu dari Jaka Tingkir, memulai perjalanan mereka. Kedua pengembara tersebut, Ki Ageng Tumenggung Buntung dan Ki Andong Geseng, mencapai Bukit Sampir dan memilih untuk menetap di area perbukitan yang sekarang dikenal sebagai Kuburan Budha.

Baca Juga: Sejarah Penamaan Desa Linggasari Kecamatan Wanadadi Banjarnegara, Perjuangan Dakwah Mbah Lingga Jaya

Awalnya, lokasi ini hanya sebuah pelataran kosong di atas bukit. Namun, seiring berjalannya waktu, area tersebut menyempit, dan satu di antara mereka harus pindah ke lokasi lain yang berada di lembah bukit, dikenal sebagai Kuburan Budha saat ini. Ki Agung Tumenggung Buntung memutuskan untuk pindah ke sebuah batu besar, membawa bersamanya seekor ular besar bernama Candra Wercana.

Konon, ular tersebut hanya keluar pada malam selasa kliwon dan jumat kliwon, asalkan warga sekitar menyediakan sesajen berupa kembang boreh dan sejenisnya. Di sekitar batu itu, terdapat alat musik Jawa berupa Gong yang menghasilkan bunyi "Gungggggg," sering digunakan warga pada perayaan atau hajatan.

Namun, suatu peristiwa menarik terjadi saat perayaan di sebuah hajatan. Gong tersebut tak mau berhenti berbunyi, dan warga mencoba mengganjalnya dengan jenang. Ki Agung Tumenggung Buntung, marah dengan gangguan tersebut, memindahkan Gong ke Kedung Watu Jomplang di Tebetan Sionje daerah Purbalingga. Dari bunyi Gong tersebut, terciptalah nama Desa Sijenggung.

Baca Juga: 5 Fakta Sejarah Desa Klampok Banjarnegara: Mengenang Kejayaan Masa Lalu

Sementara itu, Ki Andong Geseng memiliki cerita sendiri. Pada suatu hari, ia merasa kehausan dan memetik buah Poh ke arah barat batu. Setelah memakan buah Poh tersebut, Ki Andong Geseng membuang dua biji buah tersebut secara terpisah.

Salah satu berubah menjadi hewan kecil yang disebut Rispoh, dan yang satunya tumbuh menjadi pohon di bawahnya terdapat muara air atau Tuk. Muara atau Tuk ini dikenal dengan nama "Tuk Poh."

Air dari Tuk Poh mengalir ke lembah di bawah Bukit Sampir menjadi 7 bagian dan dikenal sebagai Tuk Pitu, berakhir di Sungai Raga Jaya. Inilah yang diucapkan sesepuh desa sebagai, "Semuruping banyu Ngepoh mlebu dadi Tuk 7 njuk ngrancah semurupo njembual notog kali Raga Jaya lan Ngepoh."

Baca Juga: Asal-usul Penamaan Desa Gembongan Banjarnegara, Kisah Tragis Prajurit Sandi Mataram Nyai Sekar Kencana

Dari peristiwa alam ini, terbentuklah dua dusun di Desa Sijenggung, yaitu Dusun Semurup dan Dusun Tempuran. Di lokasi pertemuan arus air ini, ditemukan sebuah batu besar yang oleh warga sekitar disebut batu Totogan.

Dengan berbagai kejadian alam dan kearifan lokal yang melekat, Desa Sijenggung terbentuk hingga saat ini.***

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: Pemdes Sijenggung


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah