Jamasan Pusaka di Bulan Sura

- 19 Juli 2023, 16:54 WIB
Di Jaman Modern, Pusaka yang dimiliki para keturunan Kerajaan terawat baik agar tidak rusak dan mudah korosi, saat bulan Sura seperti ini banyak yang melakukan jamasan pusaka. Begitupula anak turun, dharah dalem serta abdi dalem Karaton Surakarta Hadiningrat, salah satunya Kandjeng Pangeran Panji (K
Di Jaman Modern, Pusaka yang dimiliki para keturunan Kerajaan terawat baik agar tidak rusak dan mudah korosi, saat bulan Sura seperti ini banyak yang melakukan jamasan pusaka. Begitupula anak turun, dharah dalem serta abdi dalem Karaton Surakarta Hadiningrat, salah satunya Kandjeng Pangeran Panji (K /Taufik Hidayat PP/

"Apa sih fungsi bahan pendamping? Bahan Pendamping tersebut sebagai wewangian ketika melakukan jamasan pusaka," kata Pangeran Edwin Soeryo Putrakusumo.

Pangeran Edwin Soeryo Putrakusumo menyampaikan bahwa, cara yang dilakukan untuk menjamas pusaka meliputi dua hal, yaitu pemutihan dan pewarangan.

Beliau menerangkan, pemutihan merupakan proses memutihkan kembali pusaka melalui media air kelapa muda dan jeruk nipis. Pusaka yang akan dijamas harus dilepaskan dulu dari warangka, deder, dan mendaknya, sehingga tersisa bilah pusaka. Kemudian, dimasukkan ke dalam air kelapa muda yang telah diberikan wadah untuk menjamas pusaka tersebut.

"Bilah pusaka didiamkan terendam pada air kelapa muda paling tidak 7 hari. Dalam proses 7 hari ini korosi yang terdapat pada bilah pusaka akan melunak dan luntur," katanya.

Baca Juga: Ratusan Obor Keliling Desa di Banjarnegara

Setelah hari ke 7, kemudian pemutihan menggunakan media jeruk nipis. Pusaka yang telah direndam dengan air kelapa muda, kemudian digosok dengan jeruk nipis agar korosi pada pusaka tersebut dapat benar-benar hilang, kemudian dikeringkan.

Pada proses yang kedua setelah pemutihan, yakni pewarangan pusaka. Pewarangan pusaka adalah dengan memberikan racun pada bilah pusaka dengan menggunakan bahan warang dari arsenik.

Dia menjelaskan, bahan warang dapat berupa bubuk atau cairan. Warangan dapat dicampur dengan perasan jeruk nipis. Dalam proses ini pusaka direndam pada cairan warangan hingga pamor dalam pusaka kembali muncul setelah dari proses pemutihan di awal. Setelah dirasa pamor sudah kuat dan indah kembali, bilah pusaka dapat disatukan dengan mendak, deder, dan ditutup dengan warangkanya kembali, serta disimpan pada tempat pusaka.

 Baca Juga: Ingin Tahu! Inilah 4 Pesan Suci Leluhur Nusantara Setelah Malam Satu Suro, Simak Selengkapnya...

Halaman:

Editor: Ali A


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah