Aku perhatikan jasnya yang tampak kebesaran dan memiliki banyak saku itu, ternyata bukan sembarang jas.
Rupanya saku-saku jas itu penuh dengan uang dan masing-masing, berisi uang dengan nominal sendiri-sendiri: saku ini berisi ratusan ribu; saku itu, lima puluhan ribu; yang ini, dua puluhan ribu; yang itu, sepuluhan... Jadi setiap orang 'punya saku'nya sendiri di jas tokoh kita ini.
Baca Juga: Manfaat Kamijara atau Sereh Bagi Kesehatan, Ini Kata Praktisi Kesehatan dr Agus Ujianto Selengkapnya
Pasti kebiasaan membagi-bagi uang itu tidak hanya di tempat kami saja. Sebelumnya aku sudah mendengar kebiasaan 'kiai-pengusaha' dermawan ini.
Dan ini hanyalah salah satu dari keistimewaan tokoh kiai yang mengaku pernah menjadi khadam atau pelayannya Mbah Kiai Romli Tamim Rejoso.
Kiai yang -seperti halnya Al-'arif biLlah Syeikh Bahlul dari Baghdad- suka ziarah ke kuburan ini, 8 tahun yang lalu wafat setelah sehari sebelumnya ziarah ke makam Sunan Muria.
Hari ini akan diperingati haul tokoh kita ini, KH Shobiburrahman bin Anwar yang masyhur dikenal dengan panggilan Mbah Shobib, di kediamannya Menganti, Jepara. Lahul Fãtihah.
Demikian kisah Mbah Shobib Jepara atau KH Shobiburrahman bin Anwar yang diceritakan KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). Wallahu Alam Bishowab.***