Menggapai Kesempurnaan Puasa Ramadhan, Ini yang Dilakukan Rosulullah SAW - 3

- 3 April 2023, 07:18 WIB
Prof Ahmad Rofiq
Prof Ahmad Rofiq /Ali A/


Oleh: Ahmad Rofiq*)

BANJARNEGARAKU - Beriktikaf, tak terkecuali di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Karena iktikaf adalah mendekatkan diri untuk mengondisikan jiwa dari hal-hal yang terlarang, memenuhinya pada hal-hal yang diperintahkan, dan berharap untuk mendapatkan keutamaan malam lailatul qadar.

Rasulullah saw berjuang (berjihad) di sepuluh hari terakhir dan di hari lainnya beliau tidak mengusahakannya (Riwayat Aisyah). Sesungguhnya Nabi saw kala memasuki sepuluh hari (terakhir) beliau menghidupkan malam dan menjauhi istri, dan membangunkan keluarganya” (Muttafaq alaih). 

Adapun sunnah-sunnah puasa adalah: 1). Sahur, memakan sesuatu meskipun sedikit atau segelas air dan mengakhirkannya di akhir malam. Rasulullah saw bersabda: “Sahurlah kalian, maka di dalam sahur ada keberkahan” (Muttafaqun ‘alaih). Dalam Riwayat Al-Hakim dalam kitab Sahihnya: “Meminta tolonglah kalian dengan makan sahur untuk puasa siang hari, dan dengan tidur qailulah di siang hari untuk bangun malam kalian” (Riwayat Al-Hakim).

Baca Juga: Bersama Awkarin dan Cici Konten, Shopee Hadirkan Shopee Affiliate Meet-Up Spesial Ramadan

2). Menyegerakan berbuka. Rasulullah saw bersabda: “Manusia tidak henti-hentinya umatku dalam kebaikan, selama ia menyegerakan berbuka puasa dan mengakhirkan sahur” (Muttafaq ‘alaih).

3). Berdoa sesudah berbuka. Membaca: “Ya Allah sungguh aku berpuasa untuk-Mu, atas rizqi-Mu aku berbuka, kepada-Mu aku berserah diri, dan dengan-Mu aku beriman, hilanglah haus, dan basahlah keringat dan tetaplah pahala jika Allah menghendaki, wahai Dzat yang pemilikmkeutamaan, ampunilah aku, segala puji bagi Allah yang menolongku maka aku berpuasa, dan memberi rizqi aku, maka aku berbuka”.

Dianjurkannya berdoa kepada Allah, karena doa orang yang berpuasa tidak ditolak. QS. Al-Baqarah (2) 186 “dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (katakanlah) sesungguhnya Aku sangat dekat. Aku akan mengabulkan permohonan orang yang berdoa, apabila mereka berdoa kepada-Ku, dan hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.

Baca Juga: Mudik Naik Motor Masih Dilematis, Djoko Setijowarno: Jika Dilarang, Pemerintah Wajib Lakukan Ini...

4). Memberi takjil atau makanan minuman bakgi orang yang berbukanya orang yang puasa, meskipun sebiji kurma atau seteguk air, atau selainnya. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa memberi (ta’jil) buka orang yang puasa, maka bainya satu pahala sepadan pahalanya. Tanpa mengurangi pahala orang yang puasa sama sekali” (Riwayat At-Tirmidzi). 

5). Mandi besar (jinabah) dari hadats besar, haidl, nifas sebelum fajar. Agar sudah dalam keadaan bersih sebelum awal puasa. Kecuali dalam keadaan tertentu, seperti Riwayat berikut: “Nabi saw mandi besar pagi hari dari jima, tanpa mengeluarkan mani, kemudian mandi dan berpuasa”. (Muttafaq ‘alaih, Riwayat ‘Aisyah dan Ummu Salamah). 

6). Menghalau atau menjaga lisan dan anggota badan dari omongan dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya. Adapun menghalau dari perbuatan haram seperti ghibah, namimah, dan berdusta, adalah wajib di setiap saat.

Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa tidak meninggalkan ucapan bohong, dan mengerjaannya, maka tidak ada kebutuhan bagi Allah di dalam meninggalkan makanan dan minumannya” (Riwayat Al-Bukhari, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah). Dalam konteks inilah Rasulullah saw wanti-wanti mengingatkan kita semua, agar tidak termasuk golongan orang-orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus semata.

Baca Juga: Nassar: Aku Dendam Nih... Aku Muak Bentuk Fisiknya Selalu Dihujat seperti King Kong

7). Meninggalkan keinginan yang dibolehkan (syahwat al-mubahat) yang tidak membatalkan puasa, seperti menikmati dengan hal-hal yang didengar, dilihat, diraba, dicium, dan melihatnya. Karena ini termasuk berlebihan yang tidak sejalan dengan makna puasa. Semua itu dimakruhkan. Seperti juga masuk kamar mandi (supaya terasa adem).  

8). Menurut Madzhab Syafiiyah, disunnahkan meninggalkan keluarnya darah dan bekam baik pada dirinya sendiri atau kepada orang lain.

9). Memperluas hubungan dan berbuat baik pada keluarga, memperbanyak sedekah pada fakir miskin.

Baca Juga: Tips Menjaga Mulut Tetap Segar Meski Berpuasa, Ini Penjelasan Dokter Gigi

10). Memperbanyak kesibukan dengan mencari ilmu membaca Al-Qur’an dan mendarasnya, berdzikir dan memperbanyak shalawat pada Nabi saw baik malam atau siang. Dasarnya sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya Nabi saw adalah sebaik-baik manusia dalam kebaikan, dan sebaik-baik keadaan yang ada di bulan Ramadhan, Ketika Jibril menemuinya”.
Dalam Riwayat yang lain: “Jibril menjumpai Nabi saw di setiap malam Ramadhan, maka ia mendaras Al-Quran”. Demikian juga amal perbuatan lainnya yang berwujud kebaikan. Karena sedekah di bulan Ramadhan dilipatgandakan pahalanya”. 

11). Beriktikaf, tak terkecuali di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Karena iktikaf adalah mendekatkan diri untuk mengondisikan jiwa dari hal-hal yang terlarang, memenuhinya pada hal-hal yang diperintahkan, dan berharap untuk mendapatkan keutamaan malam lailatul qadar.

Rasulullah saw berjuang (berjihad) di sepuluh hari terakhir dan di hari lainnya beliau tidak mengusahakannya (Riwayat Aisyah). Sesungguhnya Nabi saw kala memasuki sepuluh hari (terakhir) beliau menghidupkan malam dan menjauhi istri, dan membangunkan keluarganya” (Muttafaq alaih). 

Baca Juga: Puasa Baik untuk Penderita Diabetes, Ini Penting Diperhatikan Ungkap Dokter...

Ibadah puasa musti disempurnakan dengan membayar zakat fitrah. Dasarnya: “Rasulullah saw memfardlukan zakat fitrah satu sha’ kurman atau satu sha’ gandum bagi hamba dan orang merdeka, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang dewasa dari orang Islam” (Riwayat Jamaah). Dalam riwatar yang lain, diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ra.


“Sesungguhnya Nabi saw memfardlukan zakat fitrah untuk mensucikan orang yang puasa dari ucapan/perbuatan yang sia-sia dan kata-kata jorok dan memberi makan orang-orang miskin. Barangsiapa menunaikannya sebelum shalat (Idul Fitri) maka ia zakat yang diterima, dan barangsiapa menunaikannya sesudah (shalat Idul Fitri) maka ia berarti sedekah biasa dari sedekah” (Riwayat Abu Dawud). Dari Jarir bin Abdillah ra, sesungguhnya Nabi saw bersabda: “(Pahala puasa) bulan Ramadhan digantung di antara langit dan bumi dan tidak diangkat kepada Allah kecuali dengan (dibayarnya) zakat fitrah).

Baca Juga: Jokowi: Saya Pusing Dua Minggu Ini Gara-Gara Bola, Imbas Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

Hadits tersebut menurut beberapa ahli hadits disebut hadits dha’if, akan tetapi Rasulullah saw sudah memfardlukan zakat fitrah, untuk membersihkan orang yang puasa dari perbuatan yang sia-sia dan perkataan yang porno (kotor), dan memberi makan orang-orang miskin, dan waktunya maksimal sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri, maka tentu dapat difahami dengan jelas, bahwa ibadah puasa tidak akan sempurna apabila zakat fitrahnya tidak dibayarkannya.

Demikian juga, zakat mal bagi orang-orang yang sudah memiliki batas kepemilikan minimal (nishab), setara dengan 85 gram emas, dan rentang waktu aman dalam satu tahun (haul), maka wajib dibayarkan zakatnya. Secara umum 2,5% dari penghasilannya.   
Allah a’lam bi sh-shawab. Semoga bermanfaat.


*)Prof. Dr. H. Ahmad Rofiq, MA., Direktur LPH-LPPOM-MUI Jawa Tengah, Ketua Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (PW-DMI) Jawa Tengah (Terpilih, 2022-2027), Guru Besar UIN Walisongo Semarang, Ketua Dewan Pengawas Syariah (DPS) Rumah Sakit Islam-Sultan Agung Semarang, Koordinator Wilayah Indonesia Tengah PP MES.***

Editor: Ali A

Sumber: Prof Ahmad Rofiq


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x