Network
BANJARNEGARAKU.COM - Sebentar lagi, kita semua akan memasuki bulan Muharam atau dalam istilah Jawa lebih dikenal dengan nama Bulan Suro. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada bulan Suro, masyarakat Jawa Percaya bahwa apabila melakukan hajatan pada Bulan Suro, maka selama hidupnya akan mengalami kesukaran dalam hidupnya.
Sehingga sepanjang Bulan Suro, Masyarakat Jawa nyaris 100% percaya dengan tidak adanya hajatan yang digelar, baik hajatan sunatan ataupun pernikahan. Karena jika dilanggar sebagaimana disebutkan dalam primbon Jawa menyebutkan
“Jangan dilanggar, karena kalau dilanggar akan mendapat kesukaran dan selalu bertengkar,” tulis Primbon Betaljemur Adammakna senadan.
Baca Juga: Catat! Inilah Anjuran Puasa Sunah Pada Bulan Muharam
Hal itulah yang menganggap bahwa Bulan Muharam atau Bulan Suro itu keramat. Dan jika dilanggar dikahwatirkan akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan atau bahkan lebih mengerikan.
Akan tetapi sebagian budayawan melihat dari sudut pandang yang berbeda, yakni melihat dari satu peristiwa bersejarah yang memperihatinkan, sehingga memberikan penjelsan bahwa Bulan Suro merupakan bulan prihatinan.
Mengapa sebagai bulan prihatin, karena pada Bulan Suro tepatnya pada tanggal 10 Suro atau Muharam, terjadi tradegedi Karbala yakni pembantaian terhadap Sayyidina Husein dan para pengikutnya oleh pasukan Yazid bin Muawiyah.
Baca Juga: Mirip di Jepang, SD Negeri Pasegeran 2 di Banjarnegara Ditutup akibat Kekurangan Murid
Peristiwa tersebut terjadi di Padang Karbala pada 10 Muharram atau hari Asyura. Alasan itulah yang seringkali menjadi pertimbangan masyarakat Jawa untuk tidak menggelar hajatan. Sebab Bulan Suro adalah bulan berduka.
