Rahasia di Balik Sebutan Bulan Ruwah Menurut Mbah Moen, Kaitannya dengan Nabi Hud

- 22 Februari 2024, 19:45 WIB
Mbah Moen
Mbah Moen /editornews.id/

Tradisi Yaman

Gus Baha juga menjelaskan bahwa bulan Sya’ban atau Ruwah disebut sebagai bulan "arwah" karena pada bulan ini, masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, mendoakan arwah para leluhur.

Tradisi ini juga dipengaruhi oleh tradisi di Yaman, di mana penduduknya mengadakan haul Nabi Hud pada bulan Sya’ban. Sebagai respons, kiai-kiai Jawa mengirimkan doa saat bulan Sya’ban atau bulan Ruwah. Maka muncul istilah tradisi ruwah atau ruwahan yang akrab di telinga masyarakat Jawa.

"Karena di antara tradisi di Indonesia mengikuti Yaman. Dan di Yaman itu ada khoulnya Nabiyullah Hud dan itu pada waktu Sya’ban. Sehingga kiai-kiai Jawa kalau kirim doa itu dibarengkan pas Sya’ban atau Ruwah,” terang Gus Baha.

Baca Juga: Waspada, Inilah 6 Kondisi yang Sering Dialami saat Puasa di Bulan Ramadan dan Cara Mengatasinya

Tradisi di Jawa pada Bulan Ruwah (Arwah)

Bulan Sya'ban atau Ruwah menjadi momen khusus di masyarakat Indonesia, terutama Jawa, di mana ritual doa untuk arwah leluhur dilakukan menjelang Ramadhan.

Keluarga yang masih hidup berkumpul untuk mendoakan arwah para leluhur melalui doa, sedekah, tahlil, tahmid, atau bahkan dengan berziarah ke kubur.

Meskipun memiliki berbagai nama seperti arwahan, nyekar (Jawa Tengah), kosar (Jawa Timur), munggahan (Sunda), namun esensinya tetap sama, yaitu mendoakan arwah para leluhur.

Bagi masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, tradisi ini telah menjadi suatu adat atau kebiasaan yang dianggap sebagai keharusan. Meninggalkan tradisi-tradisi ini pada bulan Sya’ban akan membuat persiapan menyambut bulan Ramadhan terasa kurang lengkap.***

Halaman:

Editor: Taufik Hidayat PP

Sumber: beragam sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x