Pakar UGM Tegaskan Bahaya Menyembelih Hewan yang Sudah Mati, Adanya Kasus Antraks di Gunungkidul

8 Juli 2023, 12:15 WIB
Ilustrasi sapi. Pakar UGM Tegaskan Bahaya Menyembelih Hewan yang Sudah Mati, Adanya Kasus Antraks di Gunungkidul /Pexels/Pixabay/

BANJARNEGARAKU.COM - Seorang warga meninggal dunia disebabkan oleh penyakit Antraks di Gunungkidul kian merebak. Kasus ini diawali dari mulai saat warga diketahui menyembelih hewan yang sebelumnya sudah mati akibat sakit.

Dijelaskan oleh Guru besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM Prof Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni mengatakan, bahwa menyembelih bangkai hewan yang mati karena penyakit bisa berbahaya.

Baca Juga: Diproyeksikan Jadi Influencer Kemenpora, 27 Atlet Berprestasi Diangkat Jadi PNS, Ginting Salah Satunya...

Hal tersebut menjadi pemicu penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri, termasuk penyakit antraks yang tidak hanya dapat menjangkit hewan lainnya, namun juga manusia hingga menyebabkan kematian.

“Hewan yang terjangkit tidak boleh dibuka, maka kalau disembelih itu kesalahan fatal karena bakteri sebagian besar ada di darah. Ketika darah keluar dan berinteraksi dengan udara, terbentuklah spora yang menjadi momok,” kata Wahyuni di Yogyakarta, Jumat 7 Juli 2023.

Dilansir Banjarnegaraku.com dari PortalJogya.com pada 8 Juli 2023, Kasus Antraks di Gunungkidul, Pakar UGM Tegaskan Bahaya Menyembelih Hewan yang Sudah Mati.

Baca Juga: Warga Histeris! Jembatan Gantung Kali Regoyo Putus Tersapu Banjir Lahar Dingin di Lumajang

Ditambahkan Wahyuni, kasus antraks telah masuk ke Indonesia sejak tahun 1884, dan wilayah yang terserang antraks semakin lama semakin banyak dan meluas. Salah satu penyebabnya adalah karena antraks merupakan penyakit yang tidak mudah dimusnahkan.

Spora yang dihasilkan oleh bakteri antraks sulit hilang dan bisa bertahan di tanah hingga puluhan tahun.

Penyakit antraks yang menyerang hewan, sebenarnya masih bisa ditangani dengan terapi pengobatan. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, hewan yang terjangkit bisa tetap hidup dan sembuh dari penyakit tersebut.

“Bisa diobati karena bakteri masih sensitif dengan antibiotik. Untuk pencegahan ada vaksinasi yang perlu diulang setiap enam bulan,” lanjutnya.

Baca Juga: Banjir Lahar Dingin Menerjang Lumajang, Air Meluap hingga ke Jalanan Hingga Jembatan Putus...

Antraks yang menyerang manusia sendiri bisa dibagi ke dalam empat jenis, yaitu antraks kulit, antraks saluran pencernaan, antraks saluran pernafasan, serta antraks injeksi.

Sementara itu, Epidemiolog UGM, dr. Citra Indriani, MPH, kasus antraks yang paling sering ditemukan di Yogyakarta adalah antraks kulit, sedangkan kasus antraks saluran pernafasan dan antraks injeksi hingga kini belum pernah ditemukan di Indonesia.

“Antraks kulit bisa muncul ketika seseorang menyembelih hewan yang terinfeksi, lalu darah yang keluar kontak dengan kulit yang terdapat luka. Gejala awalnya adalah gatal lalu berkembang cepat menjadi luka antraks dan pembengkakan,” terang Citra.

Baca Juga: Dahsyat! Mau Barang Terselip atau Hilang Ditemukan? Amalkan Ijzah Doa Habib Umar Munthohar Ini

Sama seperti kejadian pada hewan, antraks pada manusia juga bisa ditangani dengan deteksi dini serta pengobatan yang sesuai. Namun, ia menekankan bahwa upaya-upaya pencegahan lebih penting untuk diperhatikan.

“Begitu ada antraks perlu ada pengendalian terus menerus, dari segi lingkungan maupun hewannya sehingga penyakit manusia bisa dicegah.

Baca Juga: Ibadah Haji Menjadi Wilayah Paling Sulit Didekati Nalar Manusia, Begini Penjelasan Mbah Moen

Jika memiliki gejala pasca kontak dengan hewan sakit atau menyembelih, langsung datang ke fasilitas kesehatan karena dokter sudah disiapkan untuk bisa mendeteksi dini kasus antraks pada manusia,” pungkasnya.***

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: PortalJogja.com.

Tags

Terkini

Terpopuler