Serangan-serangan terhadap umat Kristen mencakup pelecehan verbal dan kekerasan fisik. Meskipun beberapa orang Yahudi menganggapnya sebagai "tradisi Yahudi kuno yang membawa berkah," namun sebagian lainnya menyebutnya sebagai "tindakan yang tidak ada hubungannya dengan hukum Yahudi."
Mereka yang menjadi korban serangan cenderung enggan mengkonfrontasi para Yahudi fanatik yang melakukan serangan berkelompok. Mereka yang berani melawan risiko menghadapi kekerasan fisik atau serangan gas air mata.
Di Tepi Barat, terutama di Bethlehem yang dianggap sebagai tempat lahir Yesus, perayaan Natal tahun ini terasa terhenti akibat serangan Israel di Jalur Gaza.
Sejarah kota Bethlehem tidak dihiasi untuk kemeriahan Natal, sebagai bentuk solidaritas terhadap masyarakat Gaza.
Patung-patung kecil bayi Yesus ditempatkan di tengah puing-puing dan kawat berduri di gereja-gereja, melambangkan reruntuhan, sebagai ekspresi kepedulian terhadap konflik yang melibatkan umat Kristen di Palestina.***