Sangat Cocok untuk Genarasi Milenial, Begini Pendidikan Karakter dalam Karya Sastra Jawa 'Serat Wulangreh'

- 8 September 2023, 14:22 WIB
Kanjeng Pangeran Panji (K.P.P). Edwin Soeryo Putrakusumo, SE & Kanjeng Raden Ayu (K.R.Ay). Tiara Soeryo Putrakusumo, SH (istri)
Kanjeng Pangeran Panji (K.P.P). Edwin Soeryo Putrakusumo, SE & Kanjeng Raden Ayu (K.R.Ay). Tiara Soeryo Putrakusumo, SH (istri) /Taufik Hidayat PP/

BANJARNEGARAKU.COM - Di siang yang cukup Terik ini, conten creator Banjarnegaraku.com berkesempatan melakukan diskusi melalui aplikasi online yang umumnya dipakai oleh setiap pengguna smartphone, oleh salah satu Pangeran Santana Karaton Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Pangeran Panji (KPP) Edwin Soeryo Putrakusumo, SE yang di dampingi istrinya Kanjeng Raden Ayu (KRAy). Tiara Soeryo Putrakusumo, SH.

Setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata atmosfer memperingati 78 tahun Karaton Surakarta Hadiningrat bergabung ke NKRI pada 1 September 2023 masih terasa di lingkungan keraton.

Dalam disuksi tersebut, salah satu Pangeran Santana Karaton Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Pangeran Panji (KPP) Edwin Soeryo Putrakusumo, SE yang di dampingi istrinya Kanjeng Raden Ayu (KRAy). Tiara Soeryo Putrakusumo, SH. Menyampaikan tentang Pendidikan Karakter dalam Karya Sastra Jawa 'Serat Wulangreh' yang sangat cocok diterapkan untuk generasi milenaial seperti saat sekarang ini.

Baca Juga: Simak! Divonis Bertubi-tubi, Wajib Bayar Restitusi, Mario Dandy Santuy: Gak Apa-apa!

Kita tentu paham sekali bahwa Generasi milenial adalah generasi muda saat ini hidup dan berkembang seiring sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat.

Kondisi seperti sekarang ini mau tidak mau, suka tidak suka sangat mempengaruhi pola pikir, gaya hidup, karakter dalam kehidupan. Perkembangan teknologi yang begitu cepat berpengaruh pada perilaku generasi muda yang tidak mencerminkan nilai-nilai filosofis dan karakter yang selama ini dijunjung tinggi sebagai budaya luhur bangsa Indonesia.

Masa depan bangsa Indonesia ke depan ditentukan oleh generasi muda yang saat ini sedang tumbuh dan berkembang.

Agar generasi muda tidak salah arah dan terjebak pada hal negatif maka generasi muda membutuhkan bimbingan agar tidak salah pilih dalam menjalani kehidupan dan tetap memiliki filter diri kuat sebagai bekal penyaring berbagai informasi yang masuk.

Baca Juga: Sering Sakit Kepala? Ini Cara Efektif Menghilangkan Sakit Kepala, Nomor 2 dan 4 Sering Disepelekan...

Ketika berbicara tentang pendidikan karakter bagi geneasi milenial, Pangeran Edwin Soeryo Putrakusumo, menarik benang merah perkembangan karakter kehidupan Generasi Mileneal saat ini.

Dengan perkembangan jaman yang begitu pesat, pendidikan karakter bagi generasi muda menjadi hal yang sangat penting masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik, tambah KRAy. Tiara Soeryo Putrakusumo.

Filter diri yang kuat merupakan kunci keberhasilan supaya generasi muda memiliki bekal hidup berbangsa dan bernegara.

Muara karakter posistif tersbut terletak pada kearifan lokal yang memiliki kekuatan tersendiri agar generasi muda tetap berpijak pada khasanah luhur yang dimiliki oleh bangsanya sendiri, ungkap KRAy. Tiara Soeryo Putrakusumo.

Baca Juga: Peringati HUT Ke-59, Peradin Bentuk Satgas Hajar Politik Uang Pemilu

Pangeran Edwin Soeryo Putrakusumo menjelaskan, Kearifan lokal yang bisa dijadikan landasan sumber pendidikan karakter adalah karya sastra.

Karya sastra berisi nasehat disebut naskah piwulang.  Serat Wulangreh mengajarkan hakikat hidup manusia yang berbudi luhur baik dalam lingkup sosial dan hubunganya dengan Tuhan.

Perlu kita ketahui bahwa Serat Wulangreh merupakan karya Raja Karaton Surakarta Hadiningrat, yakni Sahandhap Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangdjeng Susuhunan Paku Buwana IV, yang ditulis tahun 1768 – 1820, yang merupakan leluhur saya dari ayahanda saya.

Pada Pupuh Gambuh dalam Serat Wulangreh, dimana gambuh itu sendiri dimaknai dengan kecocokan, kesepahaman, dan sikap bijaksana.

Baca Juga: Hafal, Pahami, Teladani! 99 Asmaul Husna dan Artinya, Pasti Manjur

“Gambuh” dapat diartikan jumbuh, dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan kata “cocok”. Dari hal tersebut  tembang gambuh cocok untuk memberi nasehat kepada para muda mudi.

Dalam Pådhå Pertama yang berbunyi: Sèkar gambuh ping catur, Kang cinatur polah kang kalantur, Tanpa tutur katulå-tulå katali, Kadaluwarså katutuh, Kapatuh pan dadi awon.

Memiliki khasanah luhur yang berarti bahwa: orang yang tidak mau mendengar nasehat akan berakibat tidak baik. Untuk itu hendaknya kita senantiasa mendengarkan nasehat agar diri kita menjadi lebih baik, papar Pangeran Edwin Soeryo Putrakusumo.

Baca Juga: Indonesia Serahkan Estafet Keketuaan ASEAN ke Laos, Usai KTT ke-43 ASEAN Resmi Ditutup Jokowi

Kemudian Pådhå Kedua yang berbunyi: åjå nganti kebanjur, Barang polah ingkang nora jujur, Yen kebanjur sayèkti kojur tan bècik, Bècik ngupayaå iku, Pitutur ingkang sayektos, memiliki nilai moral bahwa kita hendaknya berusaha dan menjaga agar jangan sampai berperilaku yang tidak jujur.

Berperilaku yang tidak jujur jika sudah terlanjur melakukannya apalagi sudah menjadi kebiasaan akan mencelakakan diri sendiri, lanjut Pangeran Edwin Soeryo Putrakusumo.

Di akhir bincangan dengan Pangeran Edwin Soeryo Putrakusumo dan KRAy. Tiara Soeryo Putrakusumo, KRAy. Tiara Soeryo Putrakusumo menutup pesan Serat Wulangreh pupuh Gambuh yang terdiri dari 17 Pådhå mengandung khasanah luhur yang dapat dijadikan rujukan dalam mendidik generasi generasi milenial.**

Editor: Ali A


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah