Tahun 1952, ia telah kembali ke tanah air dengan mendapatkan Certicate of Public Health Administrasion dari Universitas London. Kemudian dia ditempatkan sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI.
Baca Juga: Badko LPQ Banjarnegara Gelar Halal Bi Halal, Hijaukan Ruangan Tebar Pintu Maaf
Sulianti melakakukan program pengendalian angka kelahiran lewat pendidikan seks dan gerakan Keluarga Berencana (KB). Dia meminta agar pemerintah membuat kebijakan untuk mendukung penggunaan kontrasepsi dengan sistem kesehatan masyarakat.
Melalui RRI Yogyakarta dan harian Kedaulatan Rakjat, Sulianti menyampaikan gagasan mengenai pendidikan seks, alat kontrasepsi, dan pengendalian kehamilan serta kelahiran. Ia terdesak untuk memperbaiki korelasi kemiskinan, malnutrisi, buruknya kesehatan ibu dan anak, serta kelahiran yang tidak terkontrol.
Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Yogyakarta menggelar seminar setelah kampanye Sulianti memunculkan geger. Seminar ini melibatkan para dokter dan pimpinan keagamaan. Yang mengakibatkan ditolaknya gagasan Sulianti.
Baca Juga: Samsat Keliling Banjarnegara Rabu 10 Mei 2023, Ada di 3 Lokasi Berikut Jadwal Lengkapnya
Sulianti juga pernah dipromosikan menjadi Direktur Kesehatan Ibu dan Anak di kantor Kementerian Kesehatan. Ia terus memperjuangkan gagasan tentang KB melalui jalur swasta. Ia mendirikan Yayasan Kesehatan Keluarga (YKK) bersama dengan sejumlah aktivis perempuan. Dengan menginisiasi klinik sawasta yang melayani KB di berbagai kota.
Dia juga mendirikan pos layanan di Lemah Abang, Bekasi untuk menjadikan kehidupan ibu dan anak yang sehat dan bahagia.
Tahun 1960, ia mengambil beasiswa di Tulane Medical School, New Orleans, Louisiana. Dan medapatkan gelar MPH dan PHD, dengan desertasinya mengenai epidemologi bakteri E-Coli.
Baca Juga: Ribuan Guru TPQ di Banjarnegara Istiqomah Mengajar, Meskipun Belum Sejahtera