Mengurai Konflik Israel-Palestina: Jejak Sejarah Penjajahan, Tamu yang Ngelunjak Merebut Hak Pemilik Rumah

- 8 November 2023, 15:42 WIB
Foto tahun 1929, seorang petugas keamanan Palestina tampak sedang memeriksa Yahudi pendatang saat tiba di pintu gerbang Jaffa kota Baitul Maqdis.
Foto tahun 1929, seorang petugas keamanan Palestina tampak sedang memeriksa Yahudi pendatang saat tiba di pintu gerbang Jaffa kota Baitul Maqdis. /Asia-Pacific Community for Palestine/

BANJARNEGARAKU.COM - Perang antara Israel dan Palestina kembali membara pada Sabtu, 7 Oktober 2023, mengundang perhatian seluruh dunia, termasuk Indonesia. Israel bak tamu yang datang ke sebuah rumah kemudian ngelunjak tanpa sopan santun merebut secara paksa hak pemilik rumah. Pemilik rumah pun sekarang tinggal di 'penjara' yang dibuat tamu tersebut.

Berbeda dengan penjajahan pada masa kolonial di nusantara, dimana penjajah dari bangsa Eropa yang sejatinya sudah memiliki tanah sendiri di negara asalnya mencaplok wilayah di Nusantara. Penjajah Israel tidak, mereka pada awalnya adalah kaum yang tidak mempunyai tanah atau negara asal lalu mencaplok dan mengusir warga Palestina dan kemudian mendirikan sebuah negara.

Sejarah Singkat

Wilayah Palestina memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan wilayah Syam, dan pada akhirnya menjadi bagian dari Kekhalifahan Islam terakhir, Kekaisaran Utsmani, yang akhirnya kalah pada Perang Dunia I. Inggris, sebagai pemenang perang, mengambil alih kendali wilayah ini dan membaginya menjadi beberapa negara, termasuk Palestina.

Pada tahun 1917, Inggris melalui Perjanjian Balfour "mengundang" orang-orang Yahudi dari seluruh dunia untuk menetap di Palestina. Peristiwa ini dianggap sebagai cikal bakal pendirian negara Israel. Awalnya, kedatangan orang-orang Yahudi disambut hangat oleh masyarakat Palestina, terutama mengingat mereka sedang mengalami pengusiran besar-besaran dari negara-negara Eropa.

Foto pengungsi Yahudi yang datang ke Palestina akibat pembantaian oleh Hitler di Jerman, "Jerman menghancurkan keluarga dan rumah kami, jangan kamu hancurkan harapan kami"/smaitgranada.sch.id
Foto pengungsi Yahudi yang datang ke Palestina akibat pembantaian oleh Hitler di Jerman, "Jerman menghancurkan keluarga dan rumah kami, jangan kamu hancurkan harapan kami"/smaitgranada.sch.id

Namun, seiring dengan berlanjutnya imigrasi Yahudi yang masif, kekuatan mereka di Palestina semakin kuat. Pada tanggal 14 Mei 1948, para pemimpin Yahudi secara resmi mendeklarasikan berdirinya negara Israel. Dengan deklarasi ini, Israel tidak lagi dianggap sebagai tamu di tanah Palestina, melainkan sebagai bangsa yang mendirikan negara di tanah orang lain, yang sering disebut sebagai penjajah.

Hal ini memicu penolakan kuat dari masyarakat Palestina, dan pecahlah Perang Al-Nakhba, yang diartikan sebagai "malapetaka". Sejak saat itu, konflik terus berlanjut, terutama dengan Israel memperbolehkan pembangunan pemukiman ilegal di wilayah Palestina yang berlangsung secara masif. Gaza Strip atau Jalur Gaza yang dikuasai Palestina pun dikepung dengan tembok tinggi, menjadikannya hampir seperti penjara terbuka.

Pada saat yang sama, Masjid Al Aqsa, yang dianggap sebagai tempat suci bagi umat Islam, kini berada di bawah kendali militer Israel. Situasi ini memunculkan ketegangan yang terus menerus antara Israel dan Palestina, dan menjadi fokus perhatian dunia internasional.

Halaman:

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: Asia-Pacific Community for Palestine smaitgranada.sch.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah